Minggu, 18 Agustus 2013

50 Tata Krama Berguru, Tantrayana

 

50 Tata Krama Berguru, Tantrayana

 

1. Seorang siswa harus mengingat Guru dan melakukan Namaskara kepada Guru 3 (tiga) kali setiap harinya (pagi, siang, senja), dengan rasa hormat seperti kepada Sang Buddha.

2. Berdana bunga ke altar, melakukan Maha Namaskara kepada Guru.

3. Guru, yang seorang bhiksu maupun yang bukan, atau yang baru menerima sila lengkap, jika berada di hadapan ruphang atau Kitab Suci, harus diberikan penghormatan, jangan mencurigainya dan mempunyai pikiran jahat.

4. Melaksanakan tugas yang diberikan Guru dengan setulus hati, memahami sopan santun yang selalu memberikan tempat utama kepada Guru.

5. Teliti terlebih dahulu sebelum berguru, apakah cocok sebagai guru bimbingan. Seorang Guru pun harus memperhatikan calon siswa, apakah mampu dibina, apabila tidak, sama-sama melanggar Sila, yaitu meremehkan sila.

6. Mudah emosi, tidak memiliki welas asih, serakah, dan suka kemewahan, sombong dan suka memuji diri sendiri. Untuk Guru yang seperti ini, kita tidak perlu berlindung kepadanya, maka sebelum berlindung seharusnya memahami sifat dan kebiasaan Guru dengan jelas.

7. Memiliki Metta Karuna, bijaksana, serta mentaati Sila, bisa menjaga kehormatan diri sendiri, tidak memihak dan jujur, mengerti semua Dharma, demikianlah seharusnya seorang Guru yang baik. Oleh karena itu harus meneliti sebelum berguru.

8. Mengerti semua Dharma, serta telah mencapai Dasa Bhumi Bodhisattva, tidak ternoda oleh ke-6 indera, serta tidak memiliki kilesa, demikianlah seharusnya seorang Guru yang baik.

9. Seorang siswa (yang meminta Dharma) tidak boleh memfitnah Guru, karena memfitnah Guru bagaikan memfitnah Sang Buddha, pasti berakibat penderitaan.

10. Memfitnah Guru adalah tindakan yang sangat bodoh, karena segera akan menerima akibatnya, yaitu makhluk halus akan merasuki dirinya, pasti menderita sakit sehingga tidak dapat bebas.

11. Memfitnah Guru juga bisa melanggar hukum duniawi, terluka oleh racun, terkena bencana banjir, kebakaran, perampokan, segala makhluk halus memberikan malapetaka.

12. Memfitnah Guru akan mendatangkan rintangan dari makhluk halus, setelah meninggal masuk ke alam samsara, yaitu alam neraka, alam peta (setan kelaparan) dan alam binatang.

13. Seorang siswa bila melaksanakan tugas dari Guru, jangan menyulitkan Guru (menambah keruwetan). Kalau menyimpang dari petunjuk Guru bahkan mengkhianati Guru akan masuk ke neraka Avici.

14. Neraka Avici adalah neraka yang paling sengsara, karena memfitnah Guru bisa berakibat begitu menakutkan dengan penderitaan yang tiada batasnya.

15. Seorang siswa harus membantu Guru yang menyebarkan Dharma yang benar dengan setulus hati, bila ada niat meremehkan sama dengan melanggar Sila-sila yang tersebut di atas.

16. Sepenuh hati berdana kepada Guru, menghormati Guru, karena dengan pemberkatan dari Guru baru dapat melenyapkan rintangan dan kilesa.

17. Seorang siswa Tantra, nyawapun bersedia dikorbankan apalagi hanya harta benda, oleh karena itu, orang yang suka memberi persembahan dengan rela adalah orang yang memiliki kesejahteraan (kebahagiaan).

18. Seorang pelaksana bila belum menjumpai seorang Guru, maka tidak akan dapat mencapai Ke-Buddha-an, oleh karena itu, keberhasilan seorang pelaksana adalah berkat jasa dan anugerah dari Guru.

19. Melayani Guru adalah tekad awal seorang siswa, yang sama pentingnya dengan memberikan persembahan kepada Sang Buddha.

20. Guru juga mewakili Tri Ratna, oleh karena itu, memberikan persembahan yang terbaik kepada Guru akan mendapat pahala yng tiada taranya.

21. Memberi persembahan kepada Guru dan Sang Buddha adalah ladang jasa yang terbaik, sehingga mempercepat mencapai Ke-Bodhi-an.

22. Menghormati Guru secara tulus, penuh kesabaran, jujur, pasti memperoleh kebijaksanaan berasal dari Sang Buddha.

23. Jangan menginjak bayangan Guru, dan jangan duduk di ranjang Guru, serta jangan menggunakan peralatan yang sering dipakai Guru, semua ini termasuk Sila.

24. Dengan senang hati menerima Ajaran Guru, kalau tidak sanggup boleh menyampaikan alasannya secara baik-baik.

25. Karena diajarkan Guru, siswa baru dapat mencapai keberhasilan, maka Guru adalah ladang jasa yang terbaik, oleh karena itu, seorang siswa jangan melanggar perintah Guru.

26. Menjaga harta benda Guru sama seperti jiwa sendiri dan tidak boleh pemborosan. Menghormati orang yang dihormati Guru dan menghormati sanak saudaranya serta jangan meremehkannya.

27. Di hadapan Guru harus berpenampilan rapi, tidak boleh ada tingkah laku yang aneh-aneh dan kurang sopan seperti mengangkat kaki, bertolak pinggang.

28. Penampilan siswa Sang Buddha harus rapi, saat duduk kaki tidak boleh dilonjorkan, bila Guru berdiri harus segera ikut berdiri.

29. Jalan yang akan dilalui Guru, siswa sebaiknya berdiri di samping, dan dengan hormat menyambut dan mengantarnya. Bila Guru batuk, membuang ingus, juga tidak boleh merasa jijik.

30. Di hadapan Guru tidak boleh berbisik-bisik, semua tindakan yang kurang sopan harus dihilangkan.

31. Sikap menerima petunjuk dari Guru harus tenang dan menghormati. Saat berjalan di jalanan yang agak berbahaya, siswa seharusnya berjalan di depan.

32. Di hadapan Guru harus bersemangat, tidak lesu. Gerakan yang kurang penting harus dihilangkan, jangan menyandarkan tubuh ke dinding.

33. Sewaktu mencuci pakaian. Mandi, dan mencuci kaki, sebaiknya memberitahukan Guru, agar tidak terlihat Guru.

34. Tidak boleh menyebut nama Guru sesukanya, bila ada yang bertanya sebaiknya menyebutkan gelarnya.

35. Siap menerima tugas dari Guru dan selalu mengingat tugas yang diberikan Guru, serta berusaha menyelesaikannya dengan baik.

36. Menutupi mulut dengan tangan bila ingin tertawa, bangkis, batuk. Jika ingin berbicara harus memberi hormat terlebih dahulu.

37. Bila kaum wanita mendengarkan ceramah Dharma, harus berpenampilan rapi, tangan beranjali dan penuh perhatian.

38. Guru mengajarkan Dharma, kaum wanita harus menjalankan dengan cermat, tidak boleh angkuh, mempelajari Dharma dengan sikap bagaikan pengantin wanita yang menundukkan kepala.

39. Kaum wanita belajar Dharma harus bisa menjauhi sikap memamerkan diri dan tidak melekat kepada perhiasan. Segala macam hal yang tidak atau kurang baik harus dijauhi.

40. Belajar budi pekerti Sang Guru, bila Guru melakukan kesalahan kecil, jangan disebarluaskan. Belajar menuruti kehendak Sang Guru baru bisa memperoleh hasil, kalau selalu membesar-besarkan kesalahan Sang Guru, akan membuat siswa sendiri tidak bisa maju, serta dapat mencelakakan siswa sendiri karena telah meremehkan Sang Guru.

41. Semua masalah yang berkaitan dengan Dharma harus ikuti petunjuk dari Guru, jika tidak memperoleh petunjuk dari Sang Guru, tidak boleh melakukannya.

42. Dana Paramita dari pembabaran Dharma seharusnya diperuntukkan untuk Sang Guru, bila ingin menggunakannya harus memperoleh izin dari Sang Guru.

43. Silsilah Sang Guru harus dijaga, antara sesama siswa tidak diperbolehkan saling mengangkat sesama siswa sebagai Guru, ini adalah silsilah.

44. Memberikan barang kepada Guru harus memberikan dengan dua tangan. Apabila menerima sesuatu dari Sang Guru, juga harus menerima dengan kedua tangan yang melebihi kepala.

45. Siswa Sang Buddha harus belajar dengan sepenuh hati dan terus-menerus, yang tidak sesuai Sila jangan dijalankan. Tidak boleh secara sengaja mencari-cari kesalahan Sang Guru.

46. Ajaran Sang Guru harus dilaksanakan semuanya, biar tidak dapat melaksanakan karena sakit, harus dijelaskan secara baik, sehingga tidak melanggar Sila.

47. Semua tindakan harus selalu membuat Sang Guru gembira, dengan rajin membantu Sang Guru mengatasi masalah yang sulit. Berdana dan melayani Sang Guru dengan hormat dan rajin. Banyak cara untuk melayani Sang Guru, sehingga tidak dapat disebutkan semua.

48. Demikianlah sabda Sang Buddha; “Berlindung kepada Guru, akan mendapatkan keberhasilan yang besar.”

49. Bagi siswa yang baru berlindung, diharuskan membaca “50 Syair Tata Tertib Berguru” agar tidak melanggar Sila.

50. Setelah siswa menerima Abhiseka perlindungan, kemudian diberikan pelajaran Tantra agar menjadi sadhana yang benar, juga harus mengajari “14 Sila Pokok Tantrayana” agar semua siswa baru dapat menjalankan semua sila dan menjadi pelaksana Vajrayana yang baik.

 

Sumber

Tidak ada komentar: