Minggu, 18 Agustus 2013

Tantrika Wajib Menaati Sila Samaya Dengan Keras

 

 

Tantrika Wajib Menaati Sila Samaya Dengan Keras

 

  1. Karena kepedulian yang sangat mendalam Sang Dharmaraja Liansheng Mahaguru Lu terhadap praktik sila siswa Zhenfo Zong, sehingga pada tanggal 22 September 2012, usai santap siang di ruang makan Ling Shen Ching Tze Temple, Mahaguru khusus berceramah tentang titik berat Sila Tantra, antara lain:
    Bagi Mahaguru, insan mana pun, sebenarnya tidak ada bedanya. Namun, sadhaka Zhenfo ada perbedaan tingkatan dalam melatih diri, terhadap semua orang yang telah mengkhianati dan meninggalkan silsilah, sadhaka tidak boleh berhubungan dengannya, bahkan mengobrol pun tidak lebih dari 3 kalimat, agar tidak terpengaruh oleh pikirannya yang tidak benar.
  2. Di dalam Tantra terdapat 14 Sila Utama bahkan 16 Sila, juga terdapat Pancasika Abdi Guru, di kemudian hari, kita wajib membagikan Sila kepada calon siswa yang memohon bersarana, setelah mengerti baru memohon bersarana.
  3. Tantrika tidak boleh menyentuh pakaian maupun topi Mulaguru. Ranjang Mulaguru tidak boleh diinjak atau diduduki. Siswa tidak boleh menginjak bayangan Guru. Tidak boleh membicarakan dan sembarangan menebak tingkatan Guru di belakang Guru.
  4. Dulu, Raja Trison Detsen, karena mengusir Mulaguru sendiri -- Padmasambhava, bahkan mengutus tentara untuk memburu Sang Guru. Raja Trison Detsen juga menggunakan ilmu mantra mustar untuk melepaskan Mara Sapi Merah yang diamankan Padma Guru di tengah danau. Sehingga Mara Sapi Merah bereinkarnasi menjadi cucu Raja Trison Detsen, setelah memegang tampuk kekuasan menjadi raja, ia membinasakan Buddha, akhirnya membuat kerajaan Tibet yang makmur untuk sementara langsung binasa. Nyatalah bahwa, mengkhianati dan meninggalkan mula silsilah sendiri, juga bisa menyebabkan pembalasan karma kebinasaan sebuah negara.
  5. Peraturan Tantra zaman dulu: buku yang belum dipesankan oleh guru untuk dibaca siswa, siswa baca sendiri juga termasuk melanggar sila. Dan masih banyak lagi sila Tantra lainnya. Mahaguru lebih menganjurkan demokrasi, setelah siswa sadar dirinya telah melanggar sila, maka bertobatlah di hadapan Mula Silsilah untuk mengembalikan kesucian.
  6. Dulu, Y.A. Atisa mengunjungi Y.A. Serlingpa di Jambi, Indonesia untuk memohon Dharma, Y.A. Serlingpa mengamatinya selama setahun baru setuju mewariskan Dharma. Jadi, Mahaguru berkata, "Dulu, sebelum siswa bersarana pada guru, seharusnya saling mengamati bakat satu sama lain. (wajib saling mengamati satu sama lain)." Sekali sadhaka meninggalkan guru sendiri, bagaimana pun seorang guru, sama sekali tidak boleh dikritik. Karena, dulu sewaktu bersarana pada guru, mesti menaati sumpah "Sila Samaya". Mengritik guru sesukanya, berarti melanggar sila.
  7. Seorang sadhaka yang menaati sila paling keras pun, masih kalah dengan abdi yang sepenuh hati mengabi pada Mulaguru. Walau abdi tidak sempat bersadhana pun akan mendapatkan pahala dari guru yang sangat menakjubkan dan mulia.
  8. Siswa berbuat salah memang sudah sepantasnya dimarahi oleh Guru. Jika siswa melanggar Sila Samaya, maka ada Dewa Vajra yang menjalankan Sila, membuat siswa yang melanggar sila jatuh ke neraka Vajra setelah meninggal dunia.
  9. Mahaguru selalu menjunjung Mulaguru di atas kepala, setiap kali berceramah Dharma, selalu lebih dulu sembah sujud pada Guru silsilah, yakni mendapatkan pemberkatan untuk transmisi sadhana dan ceramah, kalau tidak, ceramah Dharmanya tidak bermanfaat untuk insan.
  10. Setiap sadhaka yang beranggapan Dharmabalanya nomor satu, pahalanya nomor satu, kebijaksanaannya nomor satu, beranggapan keberhasilannya luar biasa dan melupakan Mula Silsilah, orang ini sedari awal telah berada di dalam cengkeraman Mara.

 

Sumber

Tidak ada komentar: