Teknik Visualisasi
Teaching by: HE. Zurmang Gharwang Rinpoche XII
Adapun topik yang akan kita bahas selama 2 malam ini adalah :
Teknik meningkatkan visualisasi dengan menerapkan metode tertentu
-
Teknik melafal dan menvisualisasi mantra
-
Teknik peleburan dan mengakhiri latihan
-
Jadi kita akan membahas dari pendahuluan, hingga ke pembahasan lanjutan untuk semua tingkat praktisi.
Mungkin kadang-kadang kata-kata yang dipakai disini akan terdengar agak unik daripada kata-kata yang kita pergunakan setiap harinya. Kata-kata di sini akan sangat erat berhubungan dengan Tantra, tapi saya yakin tidak akan menjadi masalah nantinya.
Menurut sekolah Tantrayana, yang juga dikenal dengan Jalan Singkat Mencapai Pencerahan, latihan yang kita lakukan untuk memperoleh Pencerahan mencakup:
*Metode - tahap pembangkitan
*Kebijaksanaan - tahap penyelesaian (penyempurnaan)
Dengan bergatung pada latihan tersebut di atas, kita dapat mencapai pencerahan. Juga sebagai dasarnya, seseorang diharapkan untuk menjalankan latihan dasar (pendahuluan) dari latihan 4 Dasar (Four Foundation) ini, untuk melepaskan semua hal-hal yang bersifat duniawi (sejauh kita masih melekat). Latihan dasar ini adalah sangat penting sekali. Kita hendaknya memandang samsara ini bukanlah sebagai sesuatu yang indah, tapi penuh dengan ular berbisa, api yang membara. Jika kita memandang samsara ini sebagai sesuatu tempat yang indah, kita tidak akan dapat melatih untuk masuk ke Mahayana ataupun Bodhisatvayana, membangkitkan Boddhicitta.
Pertama-tama, carilah seorang guru, terima inisiasi dariNya, dengan demikian anda secara otomatis masuk ke jalan Vajrayana. Itulah sebabnya banyak yang menekankan pada latihan dasar dari pada latihan aktualnya. Membangun sebuah rumah haruslah membangun pondasi/dasarnya dulu.
Kenyataan yang terjadi diseluruh belahan dunia, banyak yang setelah menjalankan latihan selama 5 tahun, menjadi malas dan menyerah. Ini disebabkan karena tidak memiliki dasar yang kuat. Tidak mengetahui segala yang tidak baik dari samsara.
Untuk masuk ke 3 topik inti diskusi kita, kita harus mendiskusikan terlebih dahulu persyarataan awalnya. Ini sangat penting, terutama bagi para pemula yang baru pertama kali menjalankan latihan yidam atau retreat yidam.
Tempat adalah sangat penting. Tempat yang tenang, tidak ada gangguan dari luar. Kita tidak akan bisa berlatih bila berada di tempat yang banyak orang. Juga tidak boleh menyalakan televisi maupun menerima telepon. Jika tv dan telepon tetap menyala, anda tidak akan bisa menjalankan latihan. Itulah sebabnya kenapa kita membangun vihara/ monastery jauh dari kota.
Juga bila ada kesempatan, lakukanlah latihan ini di tempat-tempat suci, efeknya akan jauh lebih besar. Menurut Padmasambhava, menjalankan latihan di tempat suci 1 hari adalah sama dengan menjalankan latihan 1 tahun di tempat pada umumnya. Itulah sebabnya kenapa orang-orang memilih tempat suci untuk menjalankan latihannya.
Waktu adalah penting. Ketika kita mau memulai latihan, hendaknya cari waktu yang baik. Minimal lakukan pada awal bulan, bukan pada akhir atau pertengahan bulan berjalan. Atau mulailah pada hari-hari suci seperti pada hari Waisak dan sebagainya. Untuk para praktisi yang sudah mahir, waktu kapan saja adalah sama, namun tidak demikian halnya bagi para pemula.
Munurut Sutra Alangkara, dikatakan bahwa untuk menjalankan latihan, carilah suatu tempat yang mudah untuk memperoleh makanan, yang tidak ada perampokan, yang tidak ada serangganya. Juga carilah teman-teman yang melakukan latihan yang sama. Carilah tempat, di mana tidak ada orang di siang hari dan tidak ada serangga di malam hari. Kadang kala mungkin kita tidak akan dapat menemukan tempat yang demikian, tapi minimal carilah suatu tempat yang tenang. Ini permulaannya.
Kemudian panjatkan doa permohonan kepada Guru atau Yidam, "Saya disini menjalankan latihan, bukanlah semata-mata untuk latihan saja, tetapi adalah untuk memperoleh kemajuan dan memperoleh pencapaian".
Kemudian persyaratannya adalah, minimal kita harus memiliki gambar deity, dan kalau bisa, memiliki altar, itu adalah yang terbaik. Jika tidak memungkinkan bagi kita untuk memiliki altar, bisa juga kita buat altar di dalam lemari, yang mana saat kita mau latihan bisa kita buka, kemudian setelah selesai, kita tutup kembali. Jika semua yang tersebut diatas sama sekali tidak dapat di sediakan , maka cukup pakai pembayangan saja. Jika bisa memiliki sebuah patung Buddha adalah baik, tapi jika tidak memungkinkan, cukup dengan visualisasi saja. Kemudian minimal kita memiliki seuntai mala (tasbih), ini sangat penting sekali, kita tidak boleh menggunakan counter. Inilah objek-objek yang perlu kita persiapkan
Latihan Aktual
Latihan aktual mencakup pembahasan dari 2 tingkatan dan 4 yoga.
Adapun alasan untuk menjalankan 4 yoga adalah untuk memurnikan ke 4 jenis kelahiran: yaitu kelahiran melalui kandungan rahim, melalui telur, melalui jentik-jentik dan yang dilahirkan secara spontan. Sedangkan 2 tingkatan adalah :
-
Tingkatan pembangkitan, biasanya adalah visualisasi
-
Tingkatan penyempurnaan, yakni peleburan.
Saat ini, kita mendengarkan sesuatu atau melihat sesuatu, kita memberikan penamaan dalam pikiran dan persepsi kita. Pada tingkatan pembangkitan, kita merubah semua keyakinan ini. Merubah semua ini adalah sangat penting sekali. Kita harus memandang setiap tempat adalah Tanah Suci Buddha, semua orang yang kita jumpai adalah Buddha, semua suara adalah Mantra dan semua bentuk pikiran yang muncul adalah kebijaksanaan dari para deity.
Pada tingkatan penyempurnaan, kita berusaha untuk merealisasikan Maha Sukha.
Ke 2 latihan ini terbagi atas :
-
Yoga dengan tanda-tanda, yaitu kita menvisualisasikan semua channel dari tubuh kita dan aliran aliran energi ("QI") serta bindu
-
Yoga tanpa tanda, yaitu kita cukup hanya berdiam pada kebenderangan dan kekosongan
Ini agak mendalam pembahasannya. Ada 3 jenis Tingkatan Pembangkitan:
-
Tingkatan Pembangkitan Ilusi : Kita melihat semua fenomena bukan sebagai sesuatu yang nyata, sebagai sesuatu yang tidak ada nilai kenyataannya.
-
Tingkat Pembangkitan Mendalam : Dengan visualisasi, kita juga melihat semua pemunculan adalah kosong.
-
Tingkatan Pembangkitan Manifestasi : Menvisualisasikan semua tingkat. Inilah yang akan kita bahas di sini.
Sekarang kita konsentrasi pada Generation Stage ini (Tingkatan Pembangkit) ini. Penerapan tingkatan ini adalah sangat penting sekali. Dalam penerapannya, terdapat 2 jenis meditasi (sangat sulit) dan 3 metode. Ketiga Metode itu adalah:
-
Kejelasan dari Sang Deity
-
Pertahankan kebanggaan diri adalah sang deity
-
Ingat akan kemurnian / kesucian
Inilah yang harus kita terapkan.
Bagaimana menvisualisasi?
-
Pertama bayangkan dulu istana dari sang Deity ( ini agak sulit, jadi kita tinggalkan dulu) dan bayangkan Sang Deity. Pertama tama, kosongkan pikiran kita (bebas dari semua bentuk bentuk pikiran) tubuh fisik kita harus nyaman, mental kita harus sangat tenang dan fokus. Kemudian bayangkan Sang Deity (Misalnya Tara) seperti pelangi di langit ataupun refleksi air danau muncul dari kekosongan.
-
Visualisasi tahap demi tahap :
-
Pertama tama bayangkan sekuntum bunga Teratai dan diatasnya terdapat sebuah lapik bulan dan diatas lapik bulan terdapat bija aksara TAM yang sangat halus, kemudian sinar menancar keluar ke dua arah, yaitu yang satu ke Sepuluh Penjuru Tanah Suci Buddha dan yang satu lagi ke 6 alam kehidupan, menyucikan semua mahluk dan kemudian sinar tersebut kembali ke bija aksara TAM (dari kedua arah kembali ke Bija Aksara TAM) dan sinar tersebut melebur ke Bija aksara TAM dan Bija Aksara TAM kemudian berubah menjadi Bunda Tara.
-
Kemudian bayangkan bija kata OM putih berdiri di atas Roda Dharma di dahi, bija aksara AH merah di atas teratai berkelopak delapan di tenggorakan, dan bija aksara HUM biru berdiri di atas lapik matahari di dada.
Usahakan bayangannya harus sejelas mungkin, sebagaimana yang telah dijelaskan. Menurut Jamyang Khentsen I, pertama-tama bayangkan dulu Guru kita di atas tahta singa di atas mahkota kepala kita, kemudian panjatkan doa permohonan seperti, "Berkahi saya, agar saya dapat menyempurnakan latihan Yidam". Jadi bukan memohon agar Guru kamu memberkahimu untuk mendapatkan lotery !!! Saat kita memanjatkan doa ini secara tulus, Guru menjadi sangat senang dan kemudian Guru yang ada di atas mahkota kepala kita melebur menjadi sinar merah dan kemudian melebur ke dalam diri kita, barulah kemudian kita mulai visualisasi.
Perlu diingat, jika kita diminta untuk visualisasi, semakin kita memaksanya, maka akan semakin hilang pembayangannya. Yang perlu kita lakukan adalah: ambillah selembar gambar deity / yidam, kemudian perhatikan dengan seksama dari atas hingga bawah secara berulang ulang dan kemudian tutup matamu, bayangkan dengan jelas mulai dari wajahnya kemudian leher, usahakan bayangkan sejelas mungkin, baru dilanjutkan dengan bagian tubuh dan seterusnya. Usahakan bayangkan sejelas mungkin keseluruhan yidam tersebut baru kemudian Yidam (Tara misalnya) yang kita bayangkan tadi itu kita resap ke dalam hati pikiran kita, kenakan melebur ke tubuh kita. (Maksudnya, Tara yang kita bayangkan tadi itu kita resapkan secara mendalam dalam hati pikiran kita, kemudian kita menyatu dengan Tara dalam tubuh kita, sehingga kita juga muncul sama persis seperti Tara). Menurut teks ini, adalah penting bagi kita untuk menbayangkan juga istana beserta seluruh pengikut/pengiring dari Tara. Tapi mungkin bagi pemula itu akan sulit sekali, jadi bayangkan saja yidam utamanya saja. Karena bagaimanapun juga, bila ada seseorang mengundang Rinpoche, maka otomatis lamanya akan mengikutinya. Jadi lihat dan perhatikan gambarnya dengan seksama dan usahakan dapat membayangkannya dengan jelas. Bila anda mampu, barulah kembangkan untuk membayangkan juga istana dan seluruh pengiringnya, tapi jika tidak bisa, bayangkan saja yidam utamanya.
Visaualisasi haruslah dilakukan secara jelas dan tepat. Tidak boleh misalnya mata kiri dan kanannya tidak sama besar, atau matanya besar tapi bagian tubuh lainnya kecil. Semuanya haruslah dibayangkan secara proposianal dan sempurna. Kadang sering kita temui, bila seseorang diminta untuk visualisasi dengan menggunakan gambar, maka deity yang muncul akan semuanya datar dan rata seperti gambar, sedangkan bila yang visualisasi dengan memperhatikan patung, maka hasilnya akan menjadi solid/padat. Tidaklah demikian. Semua itu hanya objek membantu kita untuk visualisasi, jadi tidak boleh dibayangkan semuanya rata. Harus dibayangkan sama persis seperti tubuh seorang manusia, ada lekukannya, tapi tidak ada isi dalam tubuhnya, seperti jantung, usus dan sebagainya. Tubuhnya hanya dipenuhi dengan sinar. Contohnya, saat kita membayangkan Tara atau semua Buddha, tubuhnya harus dipenuhi dengan cahaya dan penuh dengan welas asih, kebijaksanaan dan kekuatan. Ini adalah kualitas dari tubuh pencerahan. Bayangkan demikian. Bayangan yidam (Tara misalnya) haruslah kelihatan sangat hidup dan kemudian sinar lima warna memancar dan sinar utamanya adalah hijau memancar keluar.
Setelah kita dapat melakukan visualisasi/pembayangan demikian, barulah kita kembangkan ke visualisasi terhadap seluruh lingkungannya. Yidam yang kita bayangkan itu semuanya memiliki postur yang berbeda. Tara contohnya adalah yang yang berpenampilan damai, akan berbeda dengan yang berpenampakan murka. Tara dan juga semua deity berpenampakan damai memiliki 9 postur pemunculan:
-
Kulitnya sangat halus (tidak kasar) - karena mereka telah bebas/melepaskan kesombongan.
-
Gerakannya sangat anggun (lihat gambar tara terlihat sangat cantik dan anggun) - karena telah bebas dari kemarahan.
-
Seluruh bagian tubuhnya sangat seimbang dan proposional, sangat cantik, tidak ada yang kebesaran atau kekecilan - karena bebas dari kemelekatan/keinginan.
-
Otot-ototnya sangat kencang (tidak kendur, seperti mengantung) - karena telah bebas dari iri hati
-
Tampak muda dan energik - karena telah bebas dari kemalasan.
-
Tubuhnya sangat bersih, murni dan suci - karena telah bebas dari ketidak tahuan.
-
Tubuhnya bersinat seperti berlian - karena telah bebas dari semua noda, maka kebijaksanaanNya berkembang.
-
Memiliki 32 tanda besar dan 80 tanda kecil seorang Buddha, sangat anggun dan menyenangkan. Sehingga semakin kita lihat, maka semakin kita kagum dan ingin melihat terus.
-
Penuh dengan segala pengetahuan, sehingga Mereka dapat menaklukkan semua mahluk - karena telah bebas dari perbedaan.
Kemudian Deity berpenampakan Damai juga mengenakan 13 jenis hiasan damai, yang terdiri dari 5 jubah dari sutra dan 8 ornamen.
Ke-5 Jubah sutra (sebagai lambang untuk melenyapkan penderitaan semua mahluk hidup), terdiri dari:
-
Jubah atas - dengan warna yang berbeda ( Tara misalnya putih).
-
Jubah bagian bawah - yang terdiri dari lima warna (ada yang bilang coklat) tapi lihat saja thangka dari yidam dimaksud.
-
Jubah yang diikat jadi tali pinggang.
-
Blus atau seperti pakain yang sering dikenakan wanita India yang tidak menutupi seluruh tubuh, yang mana perutnya masih kelihatan.
-
Lima helai kain sutra untuk mengikat Mahkotanya (yang mengikat Mahkotanya dari sebelah dalam) dan kain sutra warna biru yang menutupi bagian kepala hingga ke pinggang.
Ke-8 jenis ornamen (sebagai lambang untuk memenuhi dan mengabulkan semua doa harapan semua mahluk hidup), terdiri dari :
-
Mahkota
-
Giwang
-
Rantai
-
Gelang tangan
-
Gelang kaki
-
Ikat pinggang emas
-
Rantai yang lebih panjang dari rantai yang pertama dan mencapai dadanya
-
Rantai yang lebih panjang lagi hingga mencapai pusarnya
Ini adalah point pertama yang perlu kita perhatikan.
Dua hal penting yang mesti kita terapkan lagi adalah: yang pertama kejelasan itu adalah sangat penting sekali dan kemudian adalah masalah kemelekatan.
Kita semua memiliki 2 jenis kemelekatan. Kemelekatan terhadap diri dan kemelekatan terhadap hal-hal diluar diri.
Bagaimana kita bisa melenyapkan kemelekatan ini? Karena kemelekatan adalah sumber dari penderitaan.Ketika kita melihat sebuah mobil, maka timbullah kemelekatan, yaitu keinginan untuk memilikinya. Bila kita tidak bisa memilikinya, maka kita akan sedih, hingga kita benar-benar memilikinya. Penderitaan kita yang timbul disini disebabkan karena kemelekatan kita. Jika kita tidak memiliki kemelekatan, maka tidak akan timbul masalah saat kita melihat mobil bagus.
Untuk melenyapkan kemelekatan terhadap objek luar adalah lebih mudah dari melepaskan diri dari kemelekatan terhadap diri. Bagaiman kita dapat melenyapkan kemelekatan diri? Untuk melenyapkan kemelekatan diri ini, dalam Sutrayana, menjalankan latihan merenungkan luka besar yang ada di kepala, yang kemudian melebar hingga semua kepala menjadi tengkorak. Banyak orang yang tidak tahan merenungkan ini dan membunuh diri. Kalau dalam Mahayana, melatih diri melalui perenungan terhadap fakta seperti ketidak kekalan dan kekosongan.
Di dalam Vajrayana, dengan menjalankan latihan menvisualisasikan diri sebagai deity. Bagaimana caranya? Kita membayangkan atau mengenali diri kita sendiri adalah Deity / Tara dari waktu tak berawal. Jadi bagaimana kita bisa melekat pada Tara. Tapi yang menjadi masalah kita adalah kita selalu berkeyakinan bahwa saya adalah saya yang di sini, sedangkan Tara adalah Tara yang ada di sana. Kemudian saya mengundang Tara ke sini dan merubah diri saya menjadi Tara. Atau sekarang saya lagi membayangkan diri saya adalah Tara dan berpura-pura menjadi Tara. Tidak demikian caranya.
Kita harus tahu dan yakin bahwa sejak waktu tak berawal, diri kita memanglah Tara. Dan miliki kebanggaan ini. Ini adalah sangat penting untuk dapat melenyapkan kemelekatan pada diri. Jadi bukan latihan untuk menjadi Tara, tetapi adalah mengenali bahwa diri kita memanglah Tara. Genggam kebanggaan ini. Menggenggam pada kebanggaan bahwa diri kita adalah Tara, adalah sangat penting, karena tidak perduli seberapa jelas kita dapat menvisualisasi, tapi kalau tidak memegang pada kebanggaan diri kita memang adalah Tara, latihan kita akan efektif.
Ini adalah suatu latihan yang sangat unik untuk melenyapkan kemelekatan diri. Contohnya saja, bila telinga kita kemasukan air, sebagian dari kita akan mengeringkannya dengan menggunakan kapas, tapi seperti di daerah Tibet dan Sikkim, mengluarkan air dari telinga adalah dengan cara memancingnya dengan memasukkan lagi air ke telinga. Inilah metode Tantra yang kita maksud di sini.
Untuk membebaskan diri dari kemelekatan terhadap hal-hal luar, maka kita perlu selalu mengingat kemurnian. Kita jangan melihat suatu benda sebagai suatu objek, tapi lihatlah sebagai manifestasi dari deity, Tara misalnya, semua suara adalah Mantra dan semua bentuk pikiran adalah kebijaksanaan deity. Karena bagaimanapun juga, semua pemunculan itu tidak terpisah dari Dharmakaya. Inilah cara kita untuk dapat melenyapkan kemelekatan pada objek luar. Sering sekali kita melihat sesuatu itu sebagai sesuatu yang nyata dan kekal. Deity juga tidak solid dan dapat muncul dalam berbagai wujud yang berbeda (tidak seperti yang kita lihat melulu). Mereka muncul dengan wujud tertentu untuk menyimbolkan sesuatu, contohnya:
-
Satu wajah - melambangkan hanya ada satu kebenaran sejati (kebenaran tertinggi)
-
Tiga wajah - melambangkan 3 tubuh Buddha / Kaya
-
Dua lengan - melambangkan kesatuan dari metode dan kebijaksanaan
-
Empat lengan - melambangkan praktek dari 4 pemikiran tanpa batas
-
Enam Lengan - melambangkan 6 Kebajikan / Sad Paramita
-
Empat kaki - melambangkan praktek untuk memperoleh pengikut
-
Dua kaki - melambangkan kesatuan dari disiplin dan meditasi (Sila dan Samdhi)
-
Sikap Vajra Sempurna - melambangkan bahwa Samsara dan Nirvana adalah sama
-
Sikap Berdiri - melambangkan siap menolong yang membutuhkan
-
3 Mata - melambangkan mengetahui/melihat tiga waktu
-
Empat Taring - melambangkan untuk menghancurkan 4 bentuk kelahiran.
-
Bersatu dengan pasangan - melambangkan kesatuan dari Metode dan Kebijaksanaan
-
Tidak berpakain lengkap - (bukan untuk mempertunjukkan tubuh) melambangkan bebas dari semua bentuk pikiran
-
Kita selalu diminta untuk membayangkan deity berumur 16 tahun - melambangkan 16 tingkatan yang berbeda dari Maha Sukha.
Jadi setiap wujud dari seorang Buddha itu memiliki makna tertentu, jadi bukan berarti Buddha yang memiliki 4 muka (sangat jarang sekali) berarti untuk melihat ke 4 arah mata angin dan memiliki 4 kaki agar bisa lari lebih kencang. Tidak demikian. Semua wujud Buddha hanya untuk menyampaikan makna tertentu.
Diantara latihan yang kita diskusikan ini, menggenggam keyakinan/kebanggaan diri adalah deity adalah untuk melenyapkan kemelekatan pada diri dan selalu ingat pada kemurnian adalah untuk melenyapkan kemelekatan pada objek/hal luar. Jika kita dapat melihat semuanya adalah Tara, bagaimana mungkin masih ada kemelekatan dalam diri kita ?
Sekarang kita akan membahas topik kedua yang sangat penting sekali yaitu bagaimana teknik melafal mantra yang benar dan bagaimana menvisualisasikannya. Dalam praktek Vajrayana, kita selalu melafal mantra, apakah itu mantra Tara, Padmasambhava dan sebagainya. Adapun alasan kenapa kita membaca mantra adalah, sebagaimana kita ketahui, mantra adalah kata yang mengandung kekuatan.
Jadi jika kita melafalkan suatu mantra dengan penuh devosi, akan mampu memurnikan noda dari tubuh, ucapan dan pikiran kita, serta melindungi tubuh, ucapan dan pikiran kita dari halangan dalam, maupun halangan luar. Juga tujuan dari melafalkan mantra adalah untuk memurnikan/menyucikan kemelekatan kita akan ucapan, kata-kata umum berikut maknanya. Contohnya, pada saat kata "pohon" diucapkan, maka langsung terbayang dipikiran kita sebatang pohon, ok pohon ini, dan kita menyukainya. Kita telah memiliki kecenderungan demikian ini untuk waktu yang tak terhingga.
Untuk menghilangkannya dan memperoleh berkah dari para deity, kita mentransformasikan ucapan-ucapan umum ini menjadi suara/kata-kata dari mahluk yang sudah mencapai Pencerahan, seperti Tara, Avalokitsevara. Kita juga akan memperoleh efeknya bila kita membacakan mantra.
Sewaktu kita membaca mantra, juga sama seperti saat kita sedang memanggil seseorang, (seperti misalnya saat kita memanggil Michael), maka orang tersebut akan menoleh ke kita. Demikian juga yang terjadi pada saat kita melafalkan mantra.
Berikut ada 2 hal yang perlu kita mengerti, yaitu deity yang kita undang hadir di langit-langit di hadapan kita, yang disebut "dunche" dan diri kita yang kita visualisasikan sebagai deity, yang kita sebut "dakche". Pada saat kita berbicara tentang deity, biasanya ada tiga point, yaitu :
-
Samaya Sato
-
Parana Sato
-
Samdhi Sato
Tapi pada umumnya kita hanya berbicara tentang dua, yaitu Samaya Sato dan Parana Sato.
Samaya Sato adalah diri kita sendiri. Maksudnya disini adalah kita tidak memandang tubuh, ucapan dan pikiran kita sebagaimana dari seorang manusia biasa, tapi kita memandang Tubuh. ucapan dan Badan jasmani kita sebagai Tubuh, Ucapan dan Pikiran dari Mahluk yang telah Mencapai Pencerahan, yang mana yang sudah tidak memiliki pandangan yang salah. Itulah sebabnya disebut Sato.
Samaya = Tidak melampaui
Sato = Tidak memiliki pandangan yang salah
Parana Sato adalah deity yang kita undang. Misalnya kita mengundang Tara, maka Tara adalah Parana Sato.
Parana = Mengenali Tubuh, Ucapan dan Pikiran kita sebagai Tubuh Ucapan dan Pikiran Mereka selamanya
Sato = Bebas dari pikiran dualistik.
Apa perbedaannya?
Samaya Sato adalah tubuh biasa kita / tubuh yang kita vusualisasikan sebagai deity
Parana Sato adalah tubuh dari 5 warna angin (qi) dan pikiran
Jadi pada saat kita menvisualisasikan Tara, tubuhnya yang dalam adalah kosong.
Kemudian visualisasi bija kata OM AH HUM.
Bija aksara OM ada di tengah (dari sebelah) dahi
Bija aksara Ah di tengah tengorokan
Bija aksara Hung di depan dada.
Bija aksara deity, TAM misalnya Tara, di atas lapik bulan, kelihatan sangat halus, tajam jelas dan bersih. Perlu diperhatikan, hal ini semua sangat tergantung deity, ada yang bija aksaranya di atas lapik matahari dan lapik bulan. Tapi kalau Tara, hanya di atas lapik bulan saja.
Misalnya Tara, Bija aksara TAM berada dikelilingi oleh Mantra Tara yaitu Om Tare Tuttare Ture Soha (dalam tulisan Tibet) dengan susunan melingkar searah jarum jam. (kebanyakan deity wanita susunan mantranya akan melingkar searah jarum jam) jadi hanya dapat dibaca dari sebelah dalam. Dan pada saat mantra nya berputar, maka putarannya adalah berlawanan dengan arah jarum jam.
Sebaliknya, kebanyakan deity pria, susunan huruf mantra yang mengelilingi bija kata deity tersebut tersusun melingkar berlawanan dengan arah jarum jam dan mantranya menghadap keluar oleh sebab itu hanya dapat dibaca dari luar. Dan pada saat berputar, mantranya akan berputar searah jarum jam.
Jadi pada saat mantra mulai berputar, pertama-tama rangkaian Mantra tersebut melompat sedikit dari lapik bulannya, kemudian sinar lima warna memancar keluar dari bija kata utama. Kemudian Mantra dan suara mantra mulai berputar secara perlahan-lahan sekali, kemudian makin cepat dan makin cepat sampai berputar cepat sekali. Dan sinar memancar keluar dari mantranya.
Metode ini pada umumnya diterapkan pada latihan yidam / deity manapun. Ini adalah metode pada umumnya. Tetapi perlu diperhatikan, masing-masing tradisi, serta ada beberapa teks yang memiliki pembahasan tersendiri, jadi bisa jadi deity pria susunan mantranya searah jarum dan berputar berlawanan arah jam dan sebaliknya. Jadi tergantung teksnya. Ini hal yang sangat umum juga.
Jadi demikianlah cara kita menvisualisasi. Menurut teks ini, semakin anda dapat terfokus pada mantranya, adalah semakin baik. Bila tidak, maka latihan kita tidak akan efektif. Jadi tingkatkanlah visualisasi anda dan latihan yidam anda. Jika kita tidak dapat menvisualisasikan mantranya, cobalah tulis mantranya 100 x atau 1000 x.
Terdapat 3 cara latihan mantra:
-
Gode = (tidak serius / mendalam). Yaitu pada saat menvisualisasikan mantra, pikiran secara total terfokus pada mantra dan berusaha untuk menahan udara (sedikit) 4 inch dibawah pusar sambil membaca mantra. Jadi kalau bisa, kita juga tahan sedikit nafas dibawah pusar saat kita bicara, berjalan dan kita akan dapat berjalan lebih cepat. Pada saat mantra berputar, sinar 5 warna keluar dari lubang hidung seperti benang dan menyentuh semua fenomena dunia luar, menyucikan semua pemunculan dari dunia luar, semuanya menjadi murni dan suci. Kemudian sinar kembali kepada kita dan melebur ke hati kita dan akhirnya mantra dan pikiran menjadi tak terpisahkan
-
Yide = artinya baca dalam hati. Jadi pada saat baca mantra, kita tidak mengeluarkan suara. Jadi kita hanya konsentrasi pada mantranya (karena kita tidak mengeluarkan suara), hanya visualisasikan mantra dan suara dari mantra tersebut. Tulisan mantra itu ada suaranya, bukan hanya huruf / diagram semata-mata, sehingga pada saat mantra berputar, dia akan mengeluarkan suara. Jadi disini kita hanya berkonsentrasi pada mantra dan suara mantranya. Sebenarnya semua ini adalah bagian dari Samantha dan Vipassana
-
Saat kita melafalkan mantra secara verbal, seperti yang biasa kita lakukan. Jadi menurut Sutra Ngamdo, pada saat kita melafalkan mantra, lafalkanlah secara tepat dan benar, suara tidak boleh terlalu kencang (kuat), tidak boleh terlalu lemah, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat, tidak boleh melafal dengan tenaga (suara seperti membentak) dan juga tidak boleh lafal sambil tertawa (seperti suara orang cengengesan). Kemudian pada saat melafalkan mantra, pronunciasion/pengucapannya harus akurat (cara baca dan bunyinya harus tepat dan akurat). Mantra haruslah dilafalkan secara jelas, setiap bunyi mantranya harus jelas dan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar