Buddha Membicarakan Ullambana Sutra
Tripitaka No:685
Demikian saya mendengar. Pada suatu ketika, Sang Buddha berada di Shravasti, di Taman Pelindung Anak-anak yatim dan para Pertapa. Maha Mogallana (Mahamaudgalyayana) baru saja mendapat enam penerangan (penetrasi) dan ingin menolong ayah dan ibunya, demi membalas jasa-jasa mereka untuk membesarkannya.
Maka, dengan mata-jalannya, Dia mengamati Dunia dan tertampak ibunya telah dilahirkan diantara para hantu kelaparan, tidak memiliki makanan dan minuman apa pun, hanya tertinggal kulit dan tulang saja.
Maha Mogallana merasakan rasa kasihan dan kesedihan yang sangat mendalam. Lalu, ia mengisikan sebuah mangkuk dengan makanan dan diberikan pada ibunya. Ibunya mengambil mangkuk itu, lalu. memegangnya dengan tangan kiri dan dengan tangan kanan mengambil makanan itu segenggam tangan. Tetapi sebelum makanan itu dapat masuk kedalam mulutnya, makanan itu berubah menjadi arang membara dan tidak dapat dimakan lagi.
Maha Mogallana teriak dan menangis dengan hati yang sakit. Ia, bergegas balik untuk mencari sang Buddha untuk mengabari semua ini.
Sang Buddha lalu bersabda,
“Perbuatan buruk ibumu itu dalam dan telah berakar kuat. Kamu sendiri tidak memiliki kekuatan cukup . Walaupun bakti terhadap orang tuamu dapat memggerakkan hati langit dan bumi, para dewa surga, dewa bumi, para mara, para yang berada di aliran lain, Brahman dan ke-empat-empat raja dewa surgawi. Mereka juga tidak memiliki kekuatan yang cukup. Hanya dengan kekuatan gaib hebat dari para Sangha yang berkumpul dari sepuluh penjuru barulah, pembebasan itu dapat dicapai.
Saya sekarang akan membabarkan Dharma penolong, yang dapat menyebabkan semua yang dalam masalah untuk meninggalkan rasa khawatir, kesengsaraan dan untuk menghilangkan segala halangan yang disebabkan oleh perbuatan-perbuatan buruk.”
Buddha Bersabda kepada Maha Mogallana:
“Pada hari ke-limabelas, pada bulan ke-tujuh merupakan hari Pravarana untuk para Sangha dari sepuluh penjuru. Demi para ayah dan ibumu dari ketujuh kehidupan masa lampau dan juga ayah dan ibumu pada masa kehidupan sekarang, yang dalam keadaan bermasalah dan sengsara, kamu seharusnya menyediakan dana yang terdiri dari bak bersih yang berisi penuh dengan ratusan rasa dan kelima macam buah-buahan serta, dana lain yang berupa dupa, minyak, lampu, lilin, ranjang dan keperluan tempat tidur, semua yang terbaik dalam dunia, kepada Sangha yang budiman yang berkumpul dari sepuluh penjuru. Pada hari itu, para suci yang berkumpul, dari gunung yang melatih Dhyana Samadhi, yang telah mencapai keempat buah penerangan jalan, yang melatih meditasi berjalan dibawah pepohonan yang telah mencapai enam penerangan (penetrasi) yang bebas, para pendengar suara dan orang yang mencapai penerangan dalam kondisi yang mengajar dan merubah. Bodhisattva-bodhisattva besar yang berada pada kesepuluh tingkat akan berwujud seperti bhikkhu di dalam perkumpulan dengan satu hati menerima makanan Pravarana, mereka semua menjaga sila dengan sempurna dan suci serta memiliki budi jasa bagai samudera luas.
Apabila seseorang dapat membuat dana-dana kepada anggota-anggota Pravarana Sangha tersebut, ayah dan ibu pada masa kehidupan sekarang berserta keenam macam famili dekat , akan terbebas dari tiga alam kesengsaraan.
Ketika, kebebasan itu tercapai, pakaian dan makanan akan muncul dengan sendirinya. Apabila ayah dan ibu masih hidup, mereka akan mendapat rejeki dan kegembiraan untuk ratusan tahun. Para ayah dan ibu yang berasal dari tujuh kehidupan masa silam, akan dilahirkan di alam surgawi, mengubah kelahirannya dengan bebas dan memasuki sinar surgawi.”
Sang Buddha lalu menyuruh kumpulan Sangha sepuluh penjuru untuk menjapakan mantra dan doa untuk keluarga pendana serta mendoakan para ibu dan bapa dari tujuh kehidupan masa lampau.
Dengan memiliki hati bertekad melatih konsentrasi dhyana dahulu, barulah boleh menerima dana makanan. Pada saat menerima bak-bak ullambna, mereka harus meletakkannya di depan Buddha, di dalam vihara atau Stupa. Para sangha setelah menjapa mantra dan doa, baru boleh memakan makanan itu.
Pada saat itu, Bhikkhu Maudgalyayana serta para maha bodhisattva merasa sangat bahagia. Tangis maudgalyayana yang penuh sakit hati pun langsung reda.
Ibu Maudgalyayana telah terbebas dari penderitaan hantu kelaparan yang seharusnya diderita selama satu kalpa pada hari itu juga.
Maudgalyayana berkata pada Buddha,:
“Ibu muridMu, telah mendapatkan bantuan dari kekuatan budi jasa triratna serta kekuatan gaib hebat para Sangha. Pada masa depan, semua murid Buddha yang ingin melaksanakan bakti terhadap orang tua dengan membuat dana Ullambana. Apakah mereka juga dapat menolong ibu dan bapa masa kehidupan ini dan juga ibu dan bapa dari tujuh masa kehidupan silam?”
Sang Buddha menjawab,:
“Bagus benar, saya bergembira kamu menanyai saya pertanyaan ini. Saya juga ingin membicarakannya dan sekarang kamu telah menanyainya.
Putra yang Budiman, apabila ada Bhikkhu, Bhikkhuni, raja, pangeran mahkota, mentri,perdana menteri, pejabat dan warga biasa yang ingin menjalankan bakti kepada orang tua dengan kasih sayang , demi orang tua mereka yang telah melahirkan mereka pada masa kini dan orang tua dari tujuh kehidupan pada masa lampau.
Pada bulan ketujuh, hari kelimabelas, hari para Buddha bersuka cita , Hari Pravarana Sangha. Dengan menyediakan makanan ratusan rasa dan meletakkannya di dalam bak ullambana, lalu, mendanakannya kepada Pravarana Sangha sepuluh penjuru. Mereka harus mendoakan ayah dan ibu pada masa sekarang, memiliki panjang umur sampai ratusan tahun tanpa penyakit dan tidak akan menderita segala macam masalah, serta orang tua dari tujuh masa lampau untuk meniggalkan penderitaan hantu kelaparan dan dilahirkan diantara manusia dan makhluk surgawi serta memiliki rejeki dan kesenangan yang banyak.
Cara-cara para murid sang Buddha melatih bakti terhadap orang tua adalah dengan sering memikirkan orang tua dalam setiap pikiran beserta orangtua dari tujuh kehidupan silam.
Setiap tahun, pada bulan tujuh, hari kelimabelas, sering milikilah rasa bakti terhadap orang tua dengan kasih sayang, mengenang orang tua yang telah melahirkan kita. Laksanakanlah Ullambana dengan berdana kepada Buddha dan Sangha. Demi, membalas jasa orang tua yang membesarkan dan menjaga kita dengan cinta kasih sayang.
Semua murid Buddha, seharusnya melaksanakan dan menjalankan Dharma ini. Pada ketika itu, Bhikkhu Maudgalyayana beserta empat kelompok murid Buddha menjalankannya dengan penuh suka cita.
Mantra untuk membalas jasa orang tua "Namo Miliduo Duoboyi Soha"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar