Sabtu, 17 Agustus 2013

Kunci Dari Bersarana

 

Kunci Dari Bersarana

 

Makna sarana adalah sandaran, perlindungan. Dalam Tantrayana ada Catur Sarana yakni bersarana kepada Vajra Acarya, bersarana kepada Buddha, bersarana kepada Dharma dan bersarana kepada Sanggha.

Kata Namo juga diartikan sebagai bersarana. Catur Sarana itu adalah :
南無古魯貝。 南無不打耶。 南無達摩耶。 南無僧伽耶。
Na mo gu lu bei. Na mo bu da ye. Na mo da mo ye. Na mo seng qie ye.
Namo Gurubhyah. Namo Buddhaya. Namo Dharmaya. Namo Sangghaya.


Mengapa harus bersarana? Karena setelah bersarana barulah ada guru yang mengajari anda Buddhadharma. Tanpa guru yang mengajarkan Dharma, latihan tak dapat dimulai. Dalam aliran Zen, Tantra dan Winaya, peranan guru sangat penting. Dalam aliran Zen, guru yang mengesahkan pencapaian. Dalam aliran Winaya, guru yang mengajarkan Winaya. Sedangkan dalam aliran Tantra, guru yang menurunkan (transmisi) Dharma. Aliran Tantra Tibet menempatkan Vajra Acarya dalam kedudukan yang sangat penting, sangat mengutamakan silsilah transmisi. Dari Dorje Chang (Wajradhara) sampai Mula Acarya yang mengajarkan Dharma, merupakan akar dari semua akar. Saya beranggapan, hal yang paling mendasar dari bersarana adalah keyakinan. Keyakinan adalah awal dari semuanya. Sesuai dengan ungkapan “keyakinan adalah sumber Sang Jalan dan induk semua kebajikan, dapat menumbuhkan semua Dharma yang luhur, dapat melenyapkan segala keragu-raguan, menuntun menuju Sang Jalan yang tiada taranya.”

Kebahagian hanya dapat ditumbuhkan dari keyakinan. Dalam tubuh keyakinan, pasti ada wajah kebahagiaan. Gerbang Dharma dari aliran Sukhawati adalah bersarana kepada (bersandar pada) keyakinan. Gerbang Dharma dari aliran Thien Thai (Tendai) adalah bersarana kepada yang tunggal. Gerbang Dharma dari aliran Tantra adalah bersarana kepada aksara “A”. Dengan adanya keyakinan, baru akan ada usaha bersarana. Setelah bersarana baru akan ada laku (carya/praktek), melakoni sesuai dengan Dharma Tantra. Dengan demikian baru dapat memiliki kiblat yang sejati.
Bersarana adalah langkah awal dari proses perjalanan keyakinan, pemahaman, praktek, dan pencapaian. Mula – mula dengan gembira meyakini dulu Dharmanya, kemudian memahaminya, lalu mempraktekkannya dan akhirnya mencapai hasilnya.

Oleh karena itu, dasar dari bersarana adalah keyakinan.
Cara visualisasi bersarana adalah : mula – mula bayangkan wajah Acarya, visualisasikan kening-Nya memancarkan sinar putih, menerangi kening sadhaka (tantrika); setelah itu visualisasikan lagi leher-Nya memancarkan sinar merah, menerangi leher sadhaka; dan visualisasi ulu hati-Nya memancarkan sinar biru, menerangi ulu hati sadhaka.

Dengan khusyuk, sadhaka membaca mantra Catur Sarana sebanyak tiga kali: “
“南無古魯貝。南摩不打耶。南摩達摩耶。南摩僧伽耶。”
(nan mo gu lu bei. nan mo bu da ye. nan mo da mo ye. nan mo sheng qie ye.)
Kemudian visualisasikan Acarya muncul di angkasa, Buddha muncul di angkasa, kitab suci yang berkilauan muncul di angkasa, para Aryasanggha muncul di angkasa, bergabung menjadi satu, berubah menjadi cahaya pancawarna (merah, putih, biru, kuning, dan hijau). Cahaya pancawarna ini kemudian tertuang ke dalam ubun – ubun sadhaka, masuk dan memenuhi seluruh badan. Bayangkan semua karmawarana, karma buruk, karma nista, dosa, berubah menjadi asap hitam keluar dari pori – pori tubuh, sehingga diri sendiri berubah menjadi terang dan bening, terasa enteng lahir batin (prasrabdi), penuh dengan kebajikan dan kebijaksanaan.

Demikianlah penjelasan mengenai cara visualisasi bersarana yang sesungguhnya. Sekarang saya akan menjelaskan kunci dari bersarana sebagai berikut :
“Diri kita sebenarnya terdiri dari komponen – komponen yang tergabung karena kondisi tertentu, Buddhata (kebuddhaan) selalu bersemayam di dalamnya. Buddhata ini tidak lahir pun tidak punah, tidak putus pun tidak kekal adanya, tidak datang pun tidak pergi, tidak tunggal pun tidak terpilah – pilah. Pada dasarnya adalah Buddha, tidak ada sangkut – pautnya dengan penderitaan dan karmapratyana (kondisi karma) lainnya. Karena kemelekataan dan kekotoran batin, umat awam tidak mengenalnya. Sekarang guru secara khusus menunjukkan, ini merupakan pengetahuan yang terdalam, diri sendiri adalah Buddha, semua Buddhadharma hanyalah sarana atau cara untuk memudahkan penyadaran ini. Yang terpenting dari bersarana adalah bersarana kepada Swabhawa, inilah kunci dari bersarana. Setelah mengusir awan gelap ketidaktahuan (awidya), kembali ke hakikat yang sesungguhnya, sempurnalah Dharmakaya yang suci murni”.

 

Sumber

Tidak ada komentar: