Minggu, 18 Agustus 2013

Kunci dari Mudra

 

Kunci dari Mudra

 

Sewaktu bervisualisasi, biasanya tangan kita membentuk mudra. Mudra dibentuk dengan membuat jari – jari tangan dalam berbagai bentuk, merupakan simbol dari para Buddha, Bodhisattva dan makhluk suci lainnya. Dalam ajaran Tantra, dari jari kelingking berturut – turut sampai ibu jari masing – masing disebut sebagai pertiwi (tanah), toya (air), tejas (api), wayu (angin) dan akasa (angkasa atau kekosongan). Tangan kiri disebut Samadhi dan tangan kanan disebut Prajna.

Berbagai alat yang dipegang para Buddha dan Bodhisattva juga disebut mudra atau samaya. Samaya berarti perjanjian, tidak palsu, perpaduan, tidak berubah. Membentuk mudra mempunyai fungsi tersendiri. Jika membentuk mudra Yidam berarti melambangkan Yidam.

Selain itu, membentuk sebuah rangkaian mudra, sama dengan melakukan suatu “upaya” tertentu. Membentuk mudra Abhaya dengan menegakkan telapak tangan kiri dan menekuk pergelangan tangan, jari direntangkan dan telapak tangan menghadap ke depan, berarti memberikan rasa aman (Abhaya = tidak takut) kepada makhluk hidup.

Membentuk mudra Warada dengan menjulurkan telapak tangan menghadap ke luar, ujung jari menggantung ke bawah, berarti para Buddha dan Bodhisattva memenuhi permintaan para makhluk hidup.

Membentuk mudra Dharmacakra, kedua tangan berada di depan dada, telapak tangan kiri menghadap ke dalam, ibu jari, jari tengah dan jari manis ditekuk, telunjuk dan kelingking ditegakkan, telapak tangan kanan menghadap ke luar, ibu jari dan telunjuk ditekuk. Ini berarti memutar Dharmacakra atau dengan kata lain memberikan Dharmadesana (membabarkan Buddhadharma).

Membentuk mudra Manggala, telapak tangan kanan tegak menghadap ke luar, ujung ibu jari dan jari manis saling bersinggungan.

Membentuk mudra Dharmadhatudhyana, tangan kiri yang menghadap ke atas diletakkan di atas paha, tangan kanan yang menghadap ke atas diletakkan di atasnya, kedua ujung ibu jari saling bersentuhan.

Mudra dalam Tantrayana jenisnya banyak sekali, ada yang khas sekali. Jika kita melihat sebuah pratima Buddha atau Bodhisattva, dan kita ingin mengidentifikasikannya, yang pertama – tama di amati adalah mudranya. Dari mudra dapat dikenali ciri – cirinya. Kemudian amati alat yang digenggam di tangan. Dari alat itu dapat dikenali identitas Buddha atau Bodhisattva tersebut. Alat yang digenggam berbeda – beda, sesuai dengan janji masing – masing.
Misalnya, Tathagata Bhaisajyaguru Buddha (Yao Shi Fo) memegang botol obat atau stupa.Bodhisattva Avalokitesvara (Guan Shi Yin Pu Sa) memegang kundika (kendi) atau wetasa / tangkai sejenis pohon. (wujud pratima jenis demikianlah yang paling banyak ditemukan).

Vajrasattva memegang Vajra dan Gantha. Tathagata Vairocana membentuk mudra Bodhyagri. Bodhisattva Mahapratisara memegang kapak (parasu) dan pasak (sangku). Mahamayuri dan Hariti memegang buah bilwa. Hayagriva memegang trisula dan rantai (srengkhala). Mahakala memegang Trisula, dan sebagainya.

Padmakumara sebagai salah satu Yidam (Adhidewata) dari delapan Yidam utama aliran Satyabuddha, mudranya adalah tangan kiri mudra Padmadhara, tangan kanan mudra Dharmadesana. Sewaktu berlatih Dewata yoga, bagi yang memilih Padmakumara sebagai Yidam, harus membentuk mudra Padmakumara.

Mudra Padmakumara, ibu jari tangan kiri menekan telunjuk, kelingking diluruskan, kedua jari lainnya ditekuk. Telapak tangan menghadap keluar. Waktu membentuk mudra, harus dipahami bahwa silsilah Padmakumara amat panjang dan jauh. Sebenarnya Padmakumara merupakan jelamaan yang berasal dari Istana Vairocana, silsilahnya adalah Vairocana -> Buddhalocani -> Padmakumara -> Maha Acarya Lian Sheng.

Mudra merupakah salah satu unsur dari Triguhya dalam Tantrayana. Belajar Tantra SatyaBuddha harus mengerti makna mudra. Setiap Vajra Acarya sejati dari aliran SatyaBuddha pasti diajari sendiri oleh Maha Mulacarya tentang pelajaran mudra yang rahasia.

Kunci dari mudra adalah lahir batin manunggal. Mudra merupakan lambang yang nyata, tubuh merupakan lambang yang nyata. Mudra dan tubuh menampilkan bentuk lahiriah. Sedangkan adicitta, Bodhicitta, Vajracitta, Paripurnacitta, Maitri Karunacitta, dan Mudita Upeksacitta menunjukkan keadaan batin dari para Buddha dan Bodhisattva.

Waktu membentuk mudra, harus memperhatikan adicitta sendiri (citta yang sebenarnya), memusatkan adicitta pada satu tempat, tidak membiarkannya goyah. Kemudian seiring dengan lambang mudra, adicitta ditransformasikan menjadi kesempurnaan Yidam. Yidam memasuki tubuh diri sendiri. Dari pembentukkan mudra, Tantrika dan Yidam menjadi manunggal, inilah kunci dari Mudra, lahir batin manunggal. Manunggal dengan Yidam secara sempurna.

Dalam artikel ini, Maha Acarya Lian Sheng telah memaparkan kunci dari pembentukkan mudra, harap jangan meremehkannya. Karena setiap orang bisa saja membentuk mudra, namun mudra dijadikan selaras dengan adicitta, menjadi lahir batin manunggal. Itu bukanlah hal yang mudah dipraktekkan. Jika mudra dapat manunggal dengan adicitta, maka kekuatan tantrika akan sama seperti kekuatan Yidam, para Buddha dan Bodhisattva, serba ampuh, serba manjur.

Dari mudra sampai selaras dengan adicitta, menjelma menjadi Yidam, proses ini merupakan sejenis visualiasai perwujudan yang rahasia, perlu melakukan visualisasi dan transformasi melalui pemusatan pikiran. Mudra yang nyata, ditambah dengan visualisas, itulah keadaan manunggalnya diri sendiri dengan Yidam, merupakan kunci dari mudra – lahir batin manunggal

 

Sumber

Tidak ada komentar: