Selasa, 03 September 2013

Mantra Sataksara Vajrasattva Kekuatan Mantra Sataksara

 

Mantra Sataksara Vajrasattva Kekuatan Mantra Sataksara

 

Mantra Sataksara adalah sadhana wajib bagi sadhaka. Sadhana Vajrasattva yang terdapat dalam Catur Prayoga adalah sarana yang mendasar untuk mengikis karma buruk. Vajrasattva adalah pewaris Dharma dari semua Buddha yang Mantra Sataksara-Nya dapat mengikis habis semua karma buruk yang terkumpul dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya.

Maha Guru suatu ketika mengajarkan kita, “Dengan menjapa Mantra Sataksara pada tahap akhir puja bhakti, semua kesalahan atau kelalaian yang dibuat selama berpuja bhakti akan diperbaiki dan disempurnakan, bagaikan pancaran cahaya dari bulan purnama. Seseorang akan dimaafkan oleh para Buddha dan Bodhisattva. Penjapaan mantra ini secara teratur memberikan makna pertobatan, pelenyapan karma buruk, meluruskan pikiran yang tersesat secara menghentikan pikiran sesat sejak awal, menghancurkan semua kekhawatiran, menundukkan mara dan kejahatan serta menyebabkan semua mara dan kejahatan hilang, meningkatkan pahala dan kebijakan seseorang.”

Sadhana Ksamayati Mantra Sataksara dari Vajrasattva adalah yang terbesar di antara semua sadhana pertobatan, seperti Pertobatan Papadesani, Pertobatan Kaisar Liang, Pertobatan Maha Karuna Dharani, dan Pertobatan Sutra Teratai. Semua sadhana pertobatan ini adalah metode sebab akibat. Hanya Sadhana Pertobatan Mantra Sataksara yang menggunakan metode tentang makna keberhasilan.

Dengan menjapa Mantra Sataksara, kita akan mencapai tiga macam keberhasilan, yaitu :
1. Mengetahui bahwa sifat dasar diri sendiri adalah murni.
2. Mengetahui bahwa sifat dasar diri sendiri adalah kebenaran.
3. Mengetahui bahwa sifat dasar diri sendiri adalah luas.
Dengan keberhasilan-keberhasilan ini, kita akan melepaskan sebab-sebab karma negatif kita. Pernah disebutkan Obor Kepastian. “Mantra Sataksara Vajrasattva patut dipuji kehebatannya, yang terbaik di antara semua obat-obatan untuk mengikis karma buruk. Dengan menjapa mantra ini, seseorang akan memperoleh manfaat langsung yang tak terhitung banyaknya.”

Peringatan akan Mantra Sataksara
Sebelum masa kalpa ini, seorang pendeta Brahma, Mutiara Kerang, adalah seorang pakar dalam Lima Ilmu Pengetahuan. Salah satu siswanya, seorang pangeran, telah menguasai semua hal yang diajarkan Mutiara Kerang padanya, dan pencapaiannya sama dengan gurunya. Karena iri hati, pangeran tersebut bermaksud mencelakai gurunya, Mutiara Kerang. Mengetahui niat muridnya dan penghianatannya yang akan terjadi, kebencian muncul dari dalam hati Mutiara Kerang, dan ia membuat sumpah yang keji. Akhirnya, Mutiara Kerang dibunuh oleh pangeran dan, sebagai akibatnya, pangeran bertumimbal lahir di alam neraka. Sehubungan dengan sumpahnya yang keji dan penuh kebencian, Mutiara Kerang juga bertumbimbal lahir di alam neraka. Jadi, keduanya memikul penderitaan yang hebat dalam neraka vajra. Mengubah dirinya dalam wujud Vajrasattva, Samantabhadra Buddha turun ke alam neraka dan mengajarkan keduanya, dan adalah Mantra Sataksara, yang membebaskan mereka berdua dari penderitaan neraka.

Mantra Sataksara
Om, bie zha sa duo sa ma ya, ma nu ba la ya, bie zha sa duo die nu ba de cha,
zhe zuo mie ba wa, su duo ka yu mie ba wa, su pu ka yu mie ba wa,
yan nu luo duo mie ba wa, sha er wa, si di, mie bu luo ye cha, sha er wa, jia er ma, su zha mie, ji da mu, si li ren, gu lu hum, ha ha ha ha he, ba jia wen, sha er wa, da ta jia da, bie cha ma mie men cha, bie zhi ba wa, ma ha sha ma ye, sa duo a, hum pei.

Terjemahan
Om Vajrasattva, mohon pertahankan sumpah-Mu! Vajrasattva, berkatilah (dan berdiam dalam) diriku dan buatlah saya teguh (dalam sifat ke-Buddha-an ku)! Buatlah saya puas (melalui kebahagiaan Alam Dharma), berbaik hatilah. Tegukanlah diriku! Berilah saya semua kekuatan gaib! Petunjuk dari semua karma : Muliakanlah pikiranku. Hum! Ha! Ha! Ha! Ha! Hoh! Yang Terberkati, berlian dari semua Tathagata : Jangan meninggalkan saya, buatlah saya menjadi sebuah berlian! Makhluk Agung dari sumpah AH!

Makna

  1. Sifat sejati adalah suci: Sifat ke-Buddha-an diri sendiri pada dasarnya adalah suci, yang pada dasarnya merupakan buah dari bhavana.
  2. Sifat sejati adalah benar : Hal terpenting dalam Mantra Sataksara menyatakan bahwa sifat sejati diri kita sendiri selalu suci.
  3. Sifat sejati adalah luas : sifat ke-Buddha-an pada dasarnya adalah luas dan tak ternoda.

Sama seperti mantra lainnya, terdapat banyak arti dari mantra ini. Sebagai akibatnya, seseorang tidak boleh terpaku pada suatu arti dari mantra. Sebagai contoh, setiap aksara dari Mantra Sataksara juga melambangkan seratus Dewata Perdamaian dan Murka yang terdapat di dalam alam bardo. Bersadhana dengan pikiran terbuka, semakin dalam makna mantra yang akan terbuka.

Pujian Terhadap Mantra Sataksara
Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Akan tersembuhkan semua penyakitnya
Penderitaan berakhir
Serta pikiran dan tubuhnya akan damai tenteram
Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Akan terbebas dari kemiskinan
Akan berubah nasib buruk menjadi baik
Serta semua keinginan terpenuhi
Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Semua tanah dan isinya
Adalah persembahan
Mengikutinya,tuannya
Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Ketika hidupnya berakhir
Hidupnya akan diperpanjang
Dan akhirnya, di Tanah Suci, kelak akan terlahir
Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Para mara akan bersarana padanya
Serdadu sesatnya akan menghilang
Dan semuanya akan menjadi jinak
Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Bahkan yang terjahat
Yang melakukan tujuh karma buruk terberat (*)
Akan bertobat dengan tulus
Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Akan menjadi raja dalam kehidupan sekarang dan kehidupan mendatang
Juga akan menjadi pewaris Dharma
Dan akhirnya akan terbebaskan dari belenggu tumimbal lahir
Meski menjapa Dharani, mantra, mudra, stupa dan mandala
Akan menghasilkan lima macam Maha Prajna
Pahala yang dikumpulkan
Jauh lebih sedikit dibandingkan penjapaan satu kali Mantra Sataksara
Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Akan mengumpulkan pahala sama dengan
Menghiasi para Buddha yang tak terhitung banyaknya
Sebanyak butiran pasir dan debu

 

(*)Membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh arahat, Melukai tubuh seorang Buddha, memecah belah sangha, Membunuh guru acarya, membunuh bhiksu atau bhiksuni.

Tidak ada komentar: