Jumat, 19 Desember 2014

Upacara Agung Transmisi Perdana Sadhana Avenika Kalacakra di Hong Kong

 

Source : 二千年八月二十七日蓮翰上師代師傳法開示
Dharmadesana Pembukaan Oleh Acarya Lian-han 27 Agustus 2000
Event : 香港真佛宗時輪金剛不共大法傳法灌頂大法會
Upacara Agung Transmisi Perdana Sadhana Avenika Kalacakra di Hong Kong

Translated by Lianhua Jun Shi An

Terlebih dahulu kita bersembah sujud pada Mahamulacarya Liansheng, Sembah sujud pada Kakek Guru Acrya Tubten Dhargye, Tubten Nima, Buddha Hidup Kangyurwa dan Tubten Dali ; Sembah Sujud pada Guru Leluhur kita Acarya Sakya Zhengkong (Dezhung Rinpoche), Bhiksu Liaoming, Karmapa 16, Sembah sujud pada Adinata Upacara Dharma Buddha Kalacakra, Sembah sujud pada Buddha Bodhisattva, Dharmapala dan para Adinata, memohon pada Mahamulacarya dan Para Guru Silsilah memancarkan cahaya mengadhistana upacara transimisi dan abhiseka ini, semoga dapat berjalan dengan sempurna. (Suara tepuk tangan hadirin)

Salam manggala pada Mahaguru, Gurudara, Para Acarya, Dharmacarya, bhiksu – bhiksuni, Pandita Lokapalasraya, para tamu agung dan para saudara-saudari Sedharma. (suara tepuk tangan hadirin)

Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi kita Satyabuddha, yaitu pelaksanaan Upacara Agung Transmisi Mahasadhana Kalacakra yang langka, yang diselernggarakan pada Tahun Naga Emas di Hong Kong. Ini merupakan nidana berkarunia bagi para insan di dunia saha, merupakan berkah agung bagi kita semua para siswa Satyabuddha di berbagai belahan dunia,juga merupakan berkah karunia bagi para insan di Hong Kong. Kita semua berterima kasih atas belas kasih yang tak terhingga dari Mahaguru Liansheng (suara tepuk tangan hadirin) yang berkenan mentransmisikan Mahasadhana Kalacakra, menganugerahkan berkah bagi para insan di dunia saha.

Dalam sejarah ribuan tahun di Tantrayana, orang Han yang telah merealisasi Siddhi Anuttara dan yang pertama kali memberikan abhiseka , menganugerahkan berkah pada para insan melalui transmisi Mahasadhana Kalacakra, adalah Mahaguru kita Buddha Hidup Liansheng. (suara tepuk tangan hadirin) Kemudian, dalam sejarah tradisi Upacara Agung Mahasadhana Kalacakra, belum pernah dijelaskan demikian mendetail mengenai kedalaman dan keluhuran Mahasadhana Kalacakra ini . Orang pertama yang mampu membabarkan kedalaman Mahasadhana Kalacakra dengan mendetail dan jelas, adalah Mahaguru kita juga. (Suara tepuk tangan hadirin)
Jika menurut tradisi Tantra, transmisi Mahasadhana Kalacakra harus terlebih dahulu melalui ritual dan proses yang sangat rumit. Sebelum abhiseka, harus didirikan mandala Kalacakra, perlu melempar bunga, meminum air suci, membagikan rumput kusa, membagikan benang panca warna, perlu menutup mata dan lain sebagainya, ritualnya sangat rumit. Upacara pun harus dilaksanakan selama beberapa hari berturut turut. Namun kali ini, kita hanya perlu setengah hari, kenapa kita bisa demikian baik ?

Karena Mahamulacarya kita Mahaguru Liansheng, yang telah merealisasi pencapaian Anuttara telah menyempurnakan semua ritual yang rumit tersebut, demi kemudahan bagi para insan dunia saha di masa kini. (Suara tepuk tangan hadirin). Sepertinya jika hendak mendirikan mandala Kalacakra perlu tiga sampai tujuh hari lamanya, sedangkan Mahaguru Liansheng kita, tubuh Beliau sendiri adalah Mandala Kalacakra yang hidup ! (Suara tepuk tangan hadirin) Di dalam Mandala Kalacakra ada 620 Buddha, semua itu sudah ada pada Mahaguru Liansheng ! (Suara tepuk tangan hadirin) . Ini adalah Mandala-kaya yang paling agung ! Asalkan Mahaguru kita duduk diatas Dharmasana, maka itulah Mandala Kalacakra yang sejati ! (Suara tepuk tangan hadirin) Sehingga kita dapat menghemat waktu tiga sampai tujuh hari, demikianlah betapa unggulnya Upacara Dharma kita ! (Suara tepuk tangan hadirin)

Hari ini, Mahamulacarya Liansheng akan berwelas asih menganugerahkan kepada kita tujuh macam abhiseka Mahasadhana Kalacakra. Tujuh Macam Abhiseka ini adalah :
1. Abhiseka Air, yaitu panca bhuta ditransformasikan menjadi Panca Bhagavati.
2. Abhiseka Mahkota, yaitu panca-skandha ditransformasi menjadi Panca-dhyani Buddha.
3. Abhiseka pita, memurnikan sepuluh prana sadhaka.
4. Abhiseka Vajra dan Gantha, memurnikan dua nadi.
5. Abhiseka aktivitas, lima keinginan bertransformasi menjadi Bodhi.
6. Abhiseka Gelar, gelar Vajra Vidyaraja.
7. Abhiseka Keabsahan, keabsahan menekuni Sadhana Tantra.
Abhiseka yang akan kita terima nanti adalah Tujuh Macam Abhiseka ini. Kita berterima kasih kepada Mahamulacarya Liansheng. (Suara tepuk tangan hadirin)

Asalkan menerima Abhiseka Mahasadhana Kalacakra, akan memperoleh tiga berkah agung.
1. Asalkan menerima abhiseka Mahasadhana Kalacakra dan memiliki keyakinan kokoh, meskipun tanpa bersadhana, dalam tujuh kehidupan dapat merealisasikan Kebuddhaan. (Suara tepuk tangan hadirin)
2. Asalkan menerima Abhiseka Mahasadhana Kalacakra dan rajin menjapa mantranya, dapat terhindar dari berbagai macam malapetaka, termasuk unsur tanah – air – api – angina dan angkasa. (Suara tepuk tangan hadirin) Juga terhindar dari penyakit, peperangan, sakit parah, wabah, penyakit yang belum ada obatnya.
3. Asalkan menerima Abhiseka Kalacakra, semua tidak akan terjerumus kedalam tiga alam sengsara ; (Suara tepuk tangan hadirin) Jika tidak melakukan pelanggaran berat, panca garuka karma, semua akan terlahir di Negeri Buddha Shambala. (Suara tepuk tangan hadirin) Inilah pahala anuttara dari Mahasadhana Kalacakra.

Mahasadhana Kalacakra sangat mengutamakan Bodhicitta, karena Bodhicitta adalah syarat utama keberhasilan bhavana kita. Mahaguru juga sering mengingatkan kita ada tiga macam Bodhicitta :
1. Tekad Bodhi.
2. Aktivitas Bodhi.
3. Samadhi Bodhi.

Terlebih dahulu kita harus membangkitkan tekad Bodhicitta agung, bertekad untuk memberi manfaat pada para insan, inilah Tekad Bodhi ; Masih perlu untuk bertindak, dengan tekun mempraktekkan tekad Bodhicitta ini, inilah aktivitas Bodhi ; Bodhicitta adalah dalam batin tiada kata “pahala” , jangan mengira Anda telah melakukan banyak perbuatan kebajikan, maka Anda mempunyai banyak pahala, namun semakin Anda berpikir menginginkan pahala besar, maka makin tiada pahala. Setelah melakukan perbuatan bajik, tidak hanya tidak perlu memamerkan pada orang lain, bahkan diri sendiri juga harus melupakannya, dengan demikian barulah dikatakan pahala ; Oleh karena itu, Mahaguru sering mengajari kita : “Tiada pahala adalah pahala kebajikan.” (Suara tepuk tangan hadirin)

Jika kita dapat melakukan aktivitas Bodhi, maka Buddha dan Bodhisattva akan mengadhistana, Para Dewa dan Dharmapala akan melindungi, segala malapetaka akan ditransformasikan menjadi manggala. Dalam menjalankan aktivitas Bodhi, harus tekun dipraktekkan secara konsisten, dengan demikian akan penuh dengan arus Dharma, jika dapat mempraktekkan dana tanpa pamrih, tiada ego, tiada orang , tiada masalah, acitta, mematahkan kerisauan, dapat mempraktekkannya sampai merealisasikan Samadhi cahaya terang, sampai Samadhi catur-sunyata, maka akan merealisasikan Samadhi Bodhi.

Oleh karena itulah pembangkitan Mahabodhicitta adalah syarat terutama untuk mencapai keberhasilan bhavana. Selain pembangkitan Bodhicitta, masih ada satu poin lagi yang sangat penting, yaitu sila.

Sekarang akan saya bahas sila utama apa saja yang perlu ditaati dalam abhiseka Mahasadhana Kalacakra .
Ketaatan pada sila merupakan nyawa segala Buddha Dharma. Buddha mengatakan bahwa salah satu faktor utama ada atau tidak adanya Buddha Dharma adalah praktek ketaatan pada sila. Dengan adanya ketaatan pada sila, maka ada Buddha Dharma, jika tiada ketaatan pada sila, maka tiada Buddha Dharma. Terlebih dalam Tantrayana, sangat mengutamakan ketaatan pada sila, karena praktek ketaatan pada sila ini merupakan unsur utama dalam keberhasilan bhavana. Dalam Tantra ada dikatakan : “Dalam menekuni Sadhana Tantra, jika tiada moralitas sila, tidak hanya tidak akan memperoleh keberhasilan apapun, malahan akan menghasilkan akibat buruk, setelah meninggal dunia akan terjerumus kedalam neraka avici.” Oleh karena itu, sadhaka tantra jangan sampai meremehkan Abhiseka Mahasadhana Kalacakra. Sila yang tercakup dalam ikrar siswa arya untuk ditaati, selain sila umum Catur-sarana, Sila Sepuluh Kebajikan, 14 Sila Mula , 50 Syair Pengabdian Pada Guru dan lain sebagainya, masih ada lagi beberapa sila tantra dan sila khusus Kalacakra.

Ada 14 Sila Berat Kalacakra :
1. Tidak menghormati Mulacarya, berusaha mengganggu ketenangan Mulacarya.
2. Melawan perintah dan instruksi Mulacarya.
3. Menimbulkan pertikaian, menjelek-jelekkan saudara-i Vajra, tidak menjaga kerukunan dengan saudara Vajra.
4. Tidak bermaitri karuna pada para insan.
5. Sengaja menghamburkan Sukla-bodhi (Bodhi Putih).
6. Memfitnah eksoterik, menghina kesunyataan yang diinsafi melalui penekunan bhavana eksoterik.
7. Mengungkapkan makna rahasya pada insan yang belum matang dalam pemikiran dan keyakinan.
8. Tidak menjaga tubuh jasmani, menekuni penyiksaan diri yang merusak kesehatan. Menghina kebenaran bahwa Panca-skandha adalah Panca Buddha Kaya.
9. Mencampakkan, menolak dan melawan kesunyataan.
10. Munafik, praktek sila hanya secara lahiriah belaka , tidak dengan hati.
11. Meremehkan atau meragukan Prajna Mahasukha Anuttara Abadi yang dibabarkan Mulacarya.
12. Mengukur kualitas seorang Sadhaka-yogi Tantra dengan sudut pandang duniawi, menjelek jelekkan perilaku para yogi dan yogini yang dipandangnya tidak sesuai dengan ukuran awam.
13. Kaku pada pandangan diri sendiri, tidak mempersembahkan pemikiran dan perilaku diri sendiri kepada Sila Samaya Tantra.
14. Merendahkan dan menjelek jelekkan kaum wanita.

Selain itu , berikutnya ada 8 Sila Berat Kalacakra:
1. Menekuni yab-yum tanpa memenuhi persyaratan abhiseka, ketaatan sila samaya dan persyaratan penekunan.
2. Tubuh, ucapan dan pikiran belum mencapai yoga dengan Yidam, namun menekuni yab-yum .
3. Membuka ajaran tantra pada orang yang tidak memenuhi syarat.
4. Mematik pertikaian dalam berbagai ritual maupun upacara Dharma.
5. Memperdaya atau menyesatkan sadhaka.
6. Menetap selama tujuh hari di rumah orang yang tidak memiliki keyakinan dan memfitnah Tantrayana.
7. Belum merealisasikan Maha-yukta sejati, namun membualkan pencapaian dan abhijna diri sendiri.
8. Membabarkan Dharma rahasya kepada orang yang tidak berkeyakinan.

Bagaimana jika lengah sehingga melanggar sila ? Ada tiga cara pemurniannya :
1. Menyatakan pertobatan dihadapan Mulacarya, kemudian menerima abhiseka ulang.
2. Melakukan retret penekunan Api Homa untuk menyatakan ketulusan bertobat, Homa menghaturkan pujana pada Mahamulacarya, Guru Leluhur dan Para Buddha, kemudian memohon abhiseka ulang.
3. Dihadapan altar mandala menyatakan pertobatan, kemudian menjapa Vajrasattva Sataksara Mantra sebanyak lebih dari 100.000 kali.

Ada 25 Macam Perbuatan Yang Dilarang, 5 diantaranya adalah perbuatan kekejian paling parah, yaitu lima sila :
1. Sila membunuh.
2. Sila mencuri.
3. Sila hubungan seks yang tidak patut.
4. Sila berdusta.
5. Sila minuman beralkohol.

Kemudian 5 perbuatan keji berikutnya adalah :
1. Berjudi.
2. Mata pencaharian yang tidak benar.
3. Membaca dan menyebarluaskan karya tulis maupun gambar yang menjerumuskan.
4. Memuja Dewa , preta dan leluhur dengan penyembelihan
5. Meyakini ajaran sesat diluar Dharma.

5 Macam Pelanggaran Berat Melalui Penghancuran atau Pembunuhan :
1. Membunuh pria.
2. Membunuh wanita.
3. Membunuh atau mencelakai bayi.
4. Menyembelih sapi.
5. Merusak vihara, stupa maupun rupang Buddha.

Lima Macam Tindakan Yang Bersifat Mencelakai :
1. Mencelakai Buddha dan Guru.
2. Mencelakai Sangha.
3. Mencelakai keluarga dan teman.
4. Mencelakai majikan.
5. Mencelakai orang yang percaya pada kita.

Lima Macam Perbuatan Mengumbar Nafsu Keinginan :
1. Mata serakah terhadap rupa rupa indah.
2. Telinga serakah terhadap suara merdu.
3. Hidung serakah terhadap bau wangi.
4. Mulut serakah terhadap makanan lezat.
5. Tubuh melekat dengan kenyamanan.

Sila Enam Buddha :
1. Membangkitkan Bodhicitta, mentaati tiga sila ( Tidak melakukan kejahatan, menyebar luaskan aktivitas kebajikan, memberikan manfaat pada para insan) , memegang Vajra dan Gantha, membawa Mudra Buddha-kaya, menghormati Mulacarya ; Sila ini dilindungi oleh Akosbhya Vajra.
2. Dengan hati lapang mendanakan harta kekayaan maupun milik pribadi demi menolong maupun menuntun para insan dalam jalan Dharma, menolong orang lain untuk keluar dari kondisi susah dan menjaga ketenteraman orang lain ; Sila ini dilindungi oleh Ratnasambhava Vajra.
3. Lima daging , lima cairan dan lain sebagainya direalisasikan menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan penderitaan insan ; Sila ini dilindungi oleh Vajra Yang Menerangi Secara Universal (Vairocana).
4. Senantiasa menghaturkan pujana pada Mulacarya dan Tri-ratna ; Sila ini dilindungi oleh Vajra Keberhasilan Aktivitas (Amoghasiddhi).
5. Menjaga supaya air mani tidak bocor ; Sila ini dilindungi oleh Amitabha Vajra.
6. Menekuni Prajna tiada mendua antara Sukha dan Sunya ; Sila ini dilindungi oleh Vajracitta.
Diatas merupakan semua sila yang harus ditaati dalam menerima abhiseka Mahasadhana Kalacakra. (Suara tepuk tangan hadirin)

Berikutnya, kita membahas Tata Ritual Mahasadhana Kalacakra dalam Satyabuddha. Tadi dalam Upacara Ritual kita telah melaksanakannya bersama satu kali. Tata Ritual ini ada tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. Dari nomor satu sampai Sembilan adalah tahap awal, yaitu pada saat memulai adalah memasuki mandala, melafal mantra pemurnian, kemudian menjapa mantra vandana (pengundangan), mengundang kehadiran Mulacarya, Para Guru Leluhur, mengundang Kalacakra Vajra dan Para Adinata. Disini harus dijelaskan bahwa dalam sadhana Tantra Satyabuddha, kita terlebih dahulu mengundang kehadiran Mulacarya untuk menetap diatas usnisa sadhaka, mengadhistana bhavana kita. Dengan demikian barulah kita memperoleh kekuatan adhistana silsilah Satyabuddha, ini merupakan satu poin yang sangat penting.

Kemudian, Mahanamaskara Satyabuddha, mahapujana Satyabuddha, catur sarana, simabandhana diri, melafal Sutra Raja Agung atau Sutra Satyabuddha, kemudian menjapa Mantra Hati Padmakumara 108 kali, bervisualisasi menyatu dengan Mulacarya. Demikian pula perlu dijelaskan bahwa saat mulai memasuki tahap inti, perlu menjapa mantra hati Mulacarya 108 kali, bervisualisasi menyatu dengan Mulacarya,
kemudian barulah menjalankan Sadhana Tahap Inti. Di dalam Tata Ritual Guru Yoga juga terdapat tahapan penyatuan dengan Mulacarya.

Setelah itu, kita membangkitkan Bodhicitta, melantunkan :
“Kami para siswa berdoa kepada Kalacakra Vajra yang sangat istimewa, melalui tarian Mahasukha dan Kesunyataan dari Sepuluh Penjuru Para Arya dalam tiga masa, menampilkan berbagai aktivitas maîtri – karuna – mudita dan upeksha, menuntun para insan memasuki Negeri Buddha Shambala.”
Kemudian kita memasuki tahap inti, terlebih dahulu membentuk mudra Kalacakra, mudra ini sudah saya gambarkan diatas teks Tata Ritual, seharusnya tiap orang sudah memperolehnya. Mudra ini adalah (Acarya menuturkan mudra Kalacakra ) . Usai membentuk mudra, kita melakukan visualisasi.

Terlebih dahulu adalah visualisasi kesunyataan, kemudian bervisualisasi di tengah angkasa terdapat bijaksara HUM, diatas sebuah cakra waktu, bermanifestasi panca mahabhuta ( bumi, air, api, angin dan akasha )

Apa itu cakra waktu ? Cakra waktu adalah piringan mantra Kalacakra di bagian tengah poster kain di belakang, itulah cakra waktu.

Terlebih dahulu kita memvisualisasikannya dengan jelas, deretan aksara mantra tersebut, goresannya, sampai warnanya, dan bijaksaranya, semua divisualisasikan. Diatas cakra waktu terdapat bijaksara HUM, bijaksara HUM memanifestasikan panca maha bhuta (bumi, air, api , angin dan akasha.) Bagaimana kita memvisualisasikan Panca-maha-bhuta tersebut ? yaitu kita memvisualisasikan Stupa Panca-cakra. Bagian bawah dari Stupa Panca-cakra adalah cakra prthivi (bumi), berbentuk persegi , berwarna kuning. Kemudian di atas cakra prthivi (bumi) adalah cakra jala (air), berbentuk bundar, berwarna biru ; Di atas cakra jala (air) adalah cakra agni (api) , cakra agni berbentuk segitiga dan berwarna merah. Diatas cakra agni adalah cakra vayu yang berbentuk setengah lingkaran, berwarna hijau . Kemudian yang paling atas adalah cakra akasha yang berbentuk bundar namun mempunyai ujung mengerucut, berwarna putih.

Jadi terlebih dahulu memvisualisasikan panca-cakra tersebut di angkasa, yang bermanifestasi dari bijaksara HUM.

Diatas panca-cakra adalah Gunung Sumeru yang sangat tinggi, di puncak sumeru muncul padmasana yang sangat besar, kemudian di atas padmasana terdapat cakra surya dan candra, cakra surya dan candra yang melayang kemudian menyatu dan muncul wujud Buddha Kalacakra memeluk Bhagavati Kalacakra dalam posisi yab-yum berdiri. Adinata mempunyai empat muka, muka utama berwarna biru, mempunyai tiga mata. Muka sebelah kiri berwarna putih, juga bermata tiga ; Muka kanan berwarna merah dan bermata tiga ; Ada lagi, yaitu muka di bagian belakang berwarna kuning, juga bermata tiga ; Jalinan rambut diatas usnisa dihiasi oleh Vajra. Kemudian tubuh Nya berwarna biru, berlengan 24 yang masing-masing membawa Dharmayudham. Wah ! Jika demikian, bisa rumit sekali memvisualisasikannya, , 24 lengan, bagian kiri ada 12 dan bagian kanan ada 12 juga, masih dibedakan warnanya yaitu putih, merah dan biru ; 4 lengan putih, 4 lengan merah dan 4 lengan biru, Dharmayudham yang dibawa juga sangat sukar untuk divisualisasikan dengan mendetail. Kita bisa memvisualisasikan yang lebih sederhana, bervisualisasi dua lengan juga boleh.

Visualisasikan tangan kiri Adinata membawa gantha dan tangan kanan membawa vajra, kedua lengan tersebut berwarna biru, dengan demikian lebih mudah divisualisasikan.

Kemudian, tubuh bagian bawah Adinata mengenakan kulit macan, berkaki dua ; Kaki kiri berwarna putih, kaki kanan berwarna merah, berdiri diatas Dewa Mahesvara dan Mahesvari ;

Masih ada lagi, yaitu Bhagavati yang berwarna kuning, telanjang dan bermata tiga. Adinata Kalacakra dan Bhagavati semua sama-sama mengenakan berbagai macam perhiasan permata. Demikianlah Anda harus memvisualisasikannya.

Kemudian bervisualisasi cakra ajna Kalacakra terdapat bijaksara OM yang berwarna putih, kemudian cakra visudhi terdapat bijaksara AH berwarna merah, cakra anahata Adinata terdapat bijaksara HUM berwarna biru.
Terakhir adalah memvisualisasikan cakra anahata Adinata terdapat bijaksara HUM berwarna biru berubah menjadi cakra mantra Dasaaksara ( 10 aksara) . Bagaimana memvisualisasikan cakra mantra dasaaksara ? Yaitu cakra mantra di dua banner kain dibagian belakang, cakra mantra tersebut berada di cakra anahata Sang Adinata.

Usai bervisualisasi, kita menjapa Mantra Kalacakra :
“Om Ha Kha-ma-la Wa-la-ya Suo-ha.” 108 x
Kemudian kita memasuki Samadhi, memasuki aku dan aku memasuki, memasuki Samadhi Kalacakra ; Menuntun kesadaran memasuki kesunyataan, keduanya menyatu, menjadi satu Kalacakra Vajra.

Bagaimana melakukan hal ini ? Seperti biasanya dalam Sadhana Guru Yoga, semua juga terdapat sesi visualisasi memasuki aku dan aku memasuki, saat itu kita memvisualisasikan wujud Adinata dengan sangat jelas, bersemayam diatas usnisa sadhaka, kemudian bervisualisasi Adinata menjadi titik cahaya memasuki sadhaka, sampai pada bijaksara HUM di padmasana di cakra anahata sadhaka, inilah yang disebut dengan memasuki aku. Usai melakukan sesi memasuki aku, kemudian dilanjutkan dengan visualisasi penyatuan. Adinata menyatu dengan sadhaka, bervisualisasi adinata yang telah bersemayam di bijaksara HUM padmasana cakra anahata sadhaka , perlahan membesar, sampai seukuran dan menyatu dengan sadhaka. Saat menyatu, sadhaka dan adinata tiada berbeda.

Kemudian tahap “Aku memasuki”, bervisualisasi diri sendiri berubah menjadi Adinata, saat menyatu, visualisasikan bahwa diri sendiri sedang bersthana di pusat sepuluh penjuru alam semesta. Walaupun diri sendiri sedang berada di hadapan altar mandala di rumah, visualisasikan diri sendiri berada di pusat alam semesta. Diri sendiri adalah Adinata di pusat alam semesta. Bahkan juga harus memvisualisasikan Adinata berubah menjadi tak berwujud, menjadi cahaya, saat menyatu dengan alam semesta tiada lagi Adinata, juga tiada diri sendiri, tiada ego dan tiada pihak lain. Visualisasi ini harus dilakukan dengan baik, inilah tahapan visualisasi dalam memasuki Samadhi.

Di dalamnya terdapat tahapan yang sama saat kita memasuki Samadhi dalam Sadhana Guru Yoga, yang sudah berpengalaman , bisa diterapkan di sini. Menurut pengalaman saya yang dangkal ini, saat tahapan “memasuki aku dan aku memasuki” , jika Anda memvisualisasikannya dengan jelas, melebur dan sepenuhnya menyatu, saat itulah akan muncul rasa “Sukha”. Rasa semacam itu sangat luar biasa, namun setelah timbul rasa semacam itu, kita juga tidak boleh melekat, saya sendiri menggunakan pengalaman melebur dalam sunyata , untuk meleburkan sukha tersebut pada sunyata. Kemudian melebur dalam cahaya terang. Mengenai kiat-kiat seputar hal ini, kita memohon pada Mahaguru untuk memberikan Dharmadesana nanti. (Suara tepuk tangan hadirin)

Usai Samadhi, kita melantunkan gatha :
時輪金剛無上密。
Shi-lun jin-gang wu-shang-mi
Anuttara-tantra Kalacakra Vajra
滿足堅定及完美。
Manzu jian-ding ji wan-mei
Yang Sempurna dan kokoh.
一切善行我願持。
Yi-qie shan-xing wo yuan chi.
Aku bertekad menjalankan segala aktivitas kebajikan.
更加守護誓願句。
Geng-jia shou-hu shi-yuan ju
Selalu gigih memenuhi ikrar mulia.

Kemudian melakukan pelimpahan jasa, mahanamaskara Satyabuddha, keluar dari mandala , manggala dan paripurna.

Tata Ritual diatas merupakan sebuah Tata Ritual yang baik dan paripurna, di dalamnya terdapat tahap awal, tahap inti dan tahap akhir, juga ada catur prayoga, juga ada Guru yoga, juga ada pelatihan samadhi seperti dalam sadhana sehari-hari Anda. Pengalaman seperti saat Anda menekuni pernafasan botol , saat prana memasuki nadi tengah, ini juga harus diterapkan, ini merupakan sebuah sadhana yang paripurna. (Suara tepuk tangan hadirin)

Dalam Tata Ritual ini ada kunci dari mantra, mudra dan visualisasi , tata ritual ini sangat paripurna dan unggul.

Berikutnya, kita membahas dengan singkat mengenai makna dasar penekunan Sadhana Kalacakra :
Yang dimaksud dengan Kalacakra adalah, alam semesta merupakan Kalacakra makro, sedangkan kehidupan masing-masing insan adalah sebuah Kalacakra mikro ; Sedangkan penekunan untuk mencapai yukta antara alam semesta dengan sadhaka, atau pencapaian Kebuddhaan, adalah Sadhana Kalacakra.

Alam semesta adalah Kalacakra (Roda Waktu), karena semesta ini sejak masa lampau sampai saat ini, sejak masa tanpa awal sampai masa tanpa akhir, merupakan sebuah pergerakan waktu ; Tubuh kita juga merupakan Kalacakra mikro, juga merupakan sebuah perputaran waktu. Di alam semesta ada surya – candra, ada siang – malam, ada tahun – bulan – hari, yang terus berubah tanpa henti. Sedangkan tubuh kita sendiri tiap hari, tiap detik, sedang bernafas. Ada juga detak jantung, setiap hari ada berapa kali detak jantung, ini juga merupakan perputaran bersama waktu . Alam semesta merupakan Kalacakra makro, tubuh kita adalah Kalacakra mikro. Kala adalah waktu dan ruang, Cakra adalah pergerakan, perputaran, sirkulasi tanpa henti. Semua yang bersirkulasi dalam kehidupan manusia adalah Kalacakra dalam, sedangkan sirkulasi alam semesta , atau kondisi luar, kita sebut Kalacakra luar.

Kemudian bhavana kita, sebuah metode yukta antara Kalacakra dalam dan Kalacakra luar, disebut “Kalacakra Lain”.

Roda besar Kalacakra, pada satu sisi tanpa henti menciptakan segalanya, termasuk masyarakat dan sejarah ;
Namun pada satu sisi lainnya , Roda Agung Kalacakra tanpa henti sedang melebur semuanya.
Penciptaan dan peleburan terus bersirkulasi tanpa henti.

Apa yang dimaksud disini ? Beliau memberitahukan kita sebuah kebenaran yang agung, yaitu : Proses pembentukan – terbentuk – kelapukan – sunya. Dalam sepuluh penjuru alam semesta ini, segalanya akan mengalami proses pembentukan-terbentuk-kelapukan dan sunya, hanya kesunyataan Buddha Dharma barulah merupakan keabadian sejati . Ini merupakan sebuah pembangkitan yang agung yang diberikan oleh Sadhana Kalacakra pada kita. (Suara tepuk tangan hadirin)

Jika sadhaka dapat menginsafi hal ini, maka tiada lagi melekat bertikai demi keduniawian, Anda akan merealisasikan Samadhi Tiada Pertikaian, Anda akan mematahkan kerisauan, Anda akan hidup dengan leluasa.
Mungkin ada orang yang bertanya kenapa Kalacakra Vajra memanifestasikan wujud yab-yum dengan Bhagavati ? Dengan pengertian saya yang dangkal ini, saya akan menjelaskan dengan singkat . Adinata kita Kalacakra adalah Roda Waktu, Beliau melambangkan waktu dan sirkulasi tanpa henti, ada siang – malam, negatif – positif, surya – candra. Buddha adalah lambang “YANG”, dan lambang siang hari ; Bhagavati lambang “YIN” , dan malam hari, sedangkan yab-yum melambangkan sirkulasi siang dan malam tanpa henti. 24 lengan melambangkan 24 waktu matahari setiap tahunnya, empat muka : biru – putih – merah dan kuning melambangkan empat musim, tiga mata melambangkan tiga kondisi utama dalam meditasi, yaitu yang diajarkan oleh Mahaguru kepada kita, yang pertama adalah Samadhi Sukha, yang kedua adalah Samadhi Terang, yang ketiga adalah Samadhi Catur Sunya.

Saat kita melakukan sadhana tantra, memasuki Samadhi, memasuki aku – menyatu dan aku memasuki Samadhi, harus memancarkan cahay terang batin , ini sangat penting. Yang kita bahas tadi merupakan intisari utama Mahasadhana Kalacakra. (Suara tepuk tangan hadirin)

Hari ini Upacara Agung kita dapat terlaksana dengan lancar, kita dengan tulus dan sungguh – sungguh, menghaturkan sembah sujud dengan tubuh – ucapan dan pikiran pada Mahamulacarya Buddha Hidup Liansheng. (Suara tepuk tangan hadirin) , sungguh berterima kasih atas bimbingan penuh belas kasih agung dari Mahaguru Liansheng, sungguh merupakan kebajikan tak terhingga ! (Suara tepuk tangan hadirin) Juga berterima kasih kepada Para Guru Silsilah, dan memanjatkan syukur pada Adinata Buddha Kalacakra . (Suara tepuk tangan hadirin), Syukur pada Para Buddha Bodhisattva , Dharmapala dan para Adinata . (Suara tepuk tangan hadirin) Kita juga berterima kasih pada Kakek Guru kita yaitu Tubten Dhargye atas adhistana Nya penuh maîtri-karuna , juga atas dukungan semangat dari Beliau (Suara tepuk tangan hadirin ) , Juga terima kasih atas adhistana welas asih dan dukungan dari Gurudara, Acarya Lian-xiang. (Suara tepuk tangan hadirin) Terima kasih pada para Acarya, Dharmacarya, Bhiksu – bhiksuni dan pandita yang telah hadir dari jauh untuk memberikan dukungannya. (Suara tepuk tangan hadirin)

Juga terima kasih atas kedatangan para tamu agung dan para saudara saudari Sedharma sekalian (Suara tepuk tangan hadirin), Kita juga berterimakasih pada pihak penyelenggara , terima kasih pada semua Vihara Vajragarbha di berbagai daerah, dan berbagai cabang cetya, serta semua umat atas kerelaannya untuk memberikan dukungan, juga terutama pada para tenaga sukarelawan yang telah bersusah payah dalam kurun waktu beberapa hari berturut-turut ini, semuanya sungguh melakukan kebajikan tak terhingga !

Sekarang, mari kita semua bersama dengan hati yang tulus, beranjali dengan penuh hormat memohon pada Mahaguru Liansheng untuk memberikan Dharmadesana Nya yang paling utama, terima kasih semuanya ! (Suara Tepuk tangan hadirin)

Om Mani Padme Hum (Suara tepuk tangan hadirin)

Tidak ada komentar: