Senin, 19 Agustus 2013

Kegelapan Batin adalah Akar dari Tumimbal Lahir

 

Kegelapan Batin adalah Akar dari Tumimbal Lahir

Oleh: Grandmaster Sheng-yen Lu

 

Dakini berkata, "Sejak tanpa awal, umat manusia telah reinkarnasi selama berkali-kali tak terhitung, namun, tetap belum dapat menghentikan tumimbal lahir, belum mencapai tingkat Empat Kesucian. Diselidiki penyebabnya, gara-gara rintangan kegelapan batin."

Pernyataan dari Dakini Putih ini sangat menggugah saya.

Memang benar.

Banyak sekali manusia, jalan hidup mereka banyak persamaan dan sedikit perbedaan:

Lahir, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama, Sekolah Menegah Atas, Perguruan Tinggi, Master, Doktor.

Berkarir, pensiun.

Menikah, berumah tangga, melahirkan anak.

Putra-putri menikah. Putra-putri melahirkan cucu.

Tua, sakit, meninggal dunia.

Makanya, Chen Chuanfang berkata:

Umur 1 tahun, tampil dengan wajah berseri-seri.

Umur 10 tahun, prestasi di sekolah terus meroket.

Umur 20 tahun, hati remaja bergejolak.

Umur 30 tahun, berkecimpung di dunia karir.

Umur 40 tahun, tubuh agak melar.

Umur 50 tahun, tua tapi semakin bersemangat.

Umur 60 tahun, tekanan darah meninggi.

Umur 70 tahun, ingatan perlahan-lahan menurun.

Umur 80 tahun, goyang-goyang. (berjalan tidak mantap lagi)

Umur 90 tahun, kehilangan arah. (hilang ingatan)

Umur 100 tahun, digantung di tembok. (meninggal dunia)

Inilah kehidupan, secara garis besar, jarang orang dapat lepas dari bingkai ini, pola kehidupan ini.

Di dalam pola ini, seluruh manusia, terhadap urusan dan benda duniawi, mengejar terus tanpa bisa melepaskannya. Karena mengejar terus tanpa bisa melepaskannya, maka ada keserakahan, kemarahan, kebodohan. Sehingga, menghasut hati sendiri untuk melakukan banyak karma hitam, karma hitam terhimpun, dan terciptalah sebab "tiga alam samsara".

Dakini Putih berkata, "Inilah kegelapan batin!"

Saya berkata:

Jika ada orang dapat berkesempatan mengenal Buddhadharma, ini sungguh keberuntungan dalam 3 kehidupan, karena hanya Buddhadharma dapat menuntun Anda untuk meninggalkan duniawi, memasuki alam suci, bebas dari tumimbal lahir, dan mencapai Alam Empat Kesucian.

Ada sebagian orang walaupun telah mengenal Buddhadharma, juga telah bertemu Mahakalyana-mitra, namun, tetap tidak tahan godaan duniawi.

Serta bergaul dengan orang yang meningkatkan perbuatan jahat.

Mengejar kejayaan dan popularitas.

Mendambakan seks.

Mencelakai orang lain.

Merampas dengan licik harta kekayaan.

Membunuh karena rakus.

Mendambakan rumah mewah, mobil terkenal, perhiasan berharga.

Dakini Putih berkata, "Pengejaran sebangsa ini, selalu menghasut hati sendiri untuk menciptakan kejahatan, mengejar selamanya tanpa henti dan tanpa kenal lelah, merupakan sirkulasi antara kebahagiaan dan penderitaan, bukan untung, berarti rugi, tidak dapat membuat hati sendiri tenang, juga kegelapan batin."

Saya pribadi berasumsi:

Sadhaka harus fokus menekuni Buddhadharma.

Bagaimana pun, membersihkan perbuatan, ucapan, dan pikiran sendiri adalah mutlak diharuskan.

Tinggalkanlah keduniawian!

Diri sendiri cari akal untuk mengatasi tuntutan keserakahan terhadap kedunaiwian.

Tidak hanya diri sendiri belajar mengatasi, bahkan harus menyeberangkan orang lain belajar mengatasi, inilah Bodhicitta.

Yang terpenting, jangan berhati egois, senantiasa mengamati diri sendiri apakah egois atau tidak.

Yang terpenting, lebih mencintai orang lain daripada diri sendiri, inilah hati mahamaitri dan mahakaruna.

Dakini Putih berkata, "Hanya orang demikian, barulah disebut sadhaka sejati, barulah dianggap telah bebas dari kegelapan batin."

 

Sumber

Tidak ada komentar: