Selasa, 24 September 2013

Budi Itu Berbakti dan Merawat Orang Tua, Loyalitas Itu Atasan dan Bawahan Saling Iba

 

Dharmaraja Liansheng Menerangkan Sutra Altar Patriak VI

Budi Itu Berbakti dan Merawat Orang Tua

Loyalitas Itu Atasan dan Bawahan Saling Iba

(Intisari Ceramah Dharmaraja Liansheng Pada Upacara Homa 21 Tara Tanggal 3 Juli 2010 di Taiwan Lei Tsang Temple)

 

Kutipan Sutra Altar Patriak VI minggu ini:
Weigong bertanya lagi, "Ajarilah kami, bagaimana melatih diri di rumah?" Guru bersabda, "Saya bersabda Gatha Alaksana untuk Anda semua. Hanya melatih diri berdasarkan gatha ini, maka akan selalu bersama dan tak terpisahkan dengan saya; jika tidak melatih berdasarkan gatha ini, menggundulkan kepala menjadi bhiksu pun tidak ada faedahnya di dalam Dao?"

Gatha berbunyi, "Jika hati tenteram buat apa susah payah menaati Sila, jika hati lurus buat apa melatih Dhyana! Budi itu berbakti dan merawat orang tua, loyalitas itu atasan dan bawahan saling iba, mengalah itu orang terhormat dan hina hidup rukun, bersabar itu tidak menyebarkan semua kesalahan; jika dapat melubangi kayu dan menghasilkan api, pasti tumbuh teratai merah di lumpur. Pahit itu obat mujarab, yang tidak enak didengar adalah nasihat yang tulus; memperbaiki kesalahan pasti menumbuhkan kebijaksanaan, melindungi hati yang bersalah batin tidaklah suci. Setiap hari senantiasa berbuat kebaikan, mencapai Dao bukan lewat berdana materi. Bodhi hanya dicari di hati, buat apa susah payah mencari misteri di luar. Konon melatih diri berdasarkan ini, alam barat hanya di depan mata."

Guru bersabda, "Kalyana-mitra! Semuanya mesti melatih diri berdasarkan gatha, menyaksikan jati diri, hingga mencapai kebuddhaan. Saat itu tanpa basa-basi, orang-orang pun bubar, saya kembali ke Caoxi. Jika kalian ada pertanyaan, datanglah ke sini untuk bertanya." Pejabat Chi, para umat, masing-masing tercerahkan, yakin dan mengamalkannya."
※ ※ ※

Sembah sujud pada Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Zhengkong, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye! Sembah sujud pada adinata homa Tara Hijau dan 21 Tara, sembah sujud pada Triratna Mandala!

Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Bhiksu Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, umat se-Dharma di internet, selain itu, tamu kehormatan hari ini -- my father, Akademisi Academy of Sinica Prof. Hsi-yi Chu dan istri Ibu Wen-wen Chen, anggota parlemen Kabupaten Tainan Bpk. Kun-yuan Zhao, anggota parlemen Kabupaten Nantou Bpk. Zhuang Xu, City Council, selamat siang semuanya!

Cuaca hari ini sangat terik, semua orang baik di dalam maupun di luar ruangan, mengadakan puja api ini sangat susah. Terima kasih sekali kepada Anda semua di dalam cuaca yang sangat panas ini, menempuh perjalanan jauh yang melelahkan datang ke Taiwan Lei Tsang Temple mengikuti upacara homa. Terima kasih semuanya. (Hadirin tepuk tangan)

Tadi waktu homa, Tara turun, kekuatan yang Ia turunkan sangat dahsyat, ini adalah homa terdahsyat yang pernah saya gelar. Tara dan Mahaguru sendiri sangat berjodoh, semua orang tahu saya menulis sebuah buku berjudul Pedang Pusaka Yogi, di dalamnya adalah ajaran Tara sendiri. Tantrika harus tahu, dalam taracara bersadhana, yang lebih gampang kontak yoga adalah Tara. Padmasambhava juga menekuni Yoga Tara, Tara yang pertama kali kontak yoga dengan Padmasambhava adalah Simhamukha. Asal dari Simhamukha Dakini adalah Dorje Pamo, yaitu Vajravahari, sedangkan asal dari Dorje Pamo adalah Bhagawati Prajna. Oleh karena itu, Padmasambhava lebih dulu kontak yoga dengan Simhamukha Dakini, Simhamukha Dakini adalah Yidam dan Dharmapala dari Padmasambhava, ke atas lagi Ia kontak yoga dengan Vajravahari, kemudian Ia kontak yoga dengan Bhagawati Prajna; kontak yoga dengan Bhagawati Prajna, segala Buddha dan Bodhisattva pun kontak yoga. Yidam dan Dharmapala Mahaguru adalah Jinmu, kemudian? Buddha Amitabha, Bodhisattva Ksitigarbha, namun yang membantu saya, justru Tara Putih. Jadi, Mahaguru juga kontak yoga dengan Tara, yaitu Tara Putih. Sehingga, Tara Putih pun mengajarkan saya menuliskan Pedang Pusaka Yogi.

 

Ada satu kejadian yang sangat unik, di tengah angkasa ada Tara Putih Kebijaksanaan, di dunia manusia juga ada banyak inkarnasi Tara. Saya menerima ajaran Tara Putih di tengah angkasa, sehingga dapat menuliskan Pedang Pusaka Yogi, saya juga dibantu Tara Putih dunia untuk memperbaiki Alam Neraka. Demi menyeberangkan arwah Banjir 88, suatu kali Mahaguru memperbaiki seluruh Alam Neraka, justru mengandalkan kekuatan Tara Putih, nyatalah bahwa abhiseka Tara Hijau dan 21 Tara yang akan dilakukan hari ini sangat langka. (Hadirin tepuk tangan)

Hari ini kita bahas lagi Sutra Zen Patriak VI (juga disebut Sutra Altar Patriak VI) Saya baca sebentar kutipan Sutra, "Weigong bertanya lagi, "Ajarilah kami, bagaimana melatih diri di rumah?" Guru bersabda, "Saya bersabda Gatha Alaksana untuk Anda semua. Hanya melatih diri berdasarkan gatha ini, maka akan selalu bersama dan tak terpisahkan dengan saya; jika tidak melatih berdasarkan gatha ini, menggundulkan kepala menjadi bhiksu pun tidak ada faedahnya di dalam Dao?"

Gatha berbunyi, "Jika hati tenteram buat apa susah payah menaati Sila, jika hati lurus buat apa melatih Dhyana! Budi itu berbakti dan merawat orang tua, loyalitas itu atasan dan bawahan saling iba, mengalah itu orang terhormat dan hina hidup rukun, bersabar itu tidak menyebarkan semua kesalahan; jika dapat melubangi kayu dan menghasilkan api, pasti tumbuh teratai merah di lumpur. Pahit itu obat mujarab, yang tidak enak didengar adalah nasihat yang tulus; memperbaiki kesalahan pasti menumbuhkan kebijaksanaan, melindungi hati yang bersalah batin tidaklah suci. Setiap hari senantiasa berbuat kebaikan, mencapai Dao bukan lewat berdana materi. Bodhi hanya dicari di hati, buat apa susah payah mencari misteri di luar. Konon melatih diri berdasarkan ini, alam barat hanya di depan mata."

Guru bersabda, "Kalyana-mitra! Semuanya mesti melatih diri berdasarkan gatha, menyaksikan jati diri, hingga mencapai kebuddhaan. Saat itu tanpa basa-basi, orang-orang pun bubar, saya kembali ke Caoxi. Jika kalian ada pertanyaan, datanglah ke sini untuk bertanya." Pejabat Chi, para umat, masing-masing tercerahkan, yakin dan mengamalkannya."

Patriak VI bersabda Gatha Alaksana pada semua orang, mengajarkan kepada semua orang, jika semua orang melatih diri berdasarkan ini, sama dengan hidup bersama Patriak VI; jika tidak melatih diri berdasarkan ini, sekalipun Anda menggundulkan kepala, menjadi Bhiksu, juga tidak ada gunanya. Sabda-Nya sangat tegas. Hati seseorang, jika setara dan tidak membeda-bedakan, tidak perlu menaati Sila, inilah penjelasan baris pertama Gatha Alaksana. Jika Anda telah setara dan tidak membeda-bedakan, masih perlu menaati sila apa lagi? Setara terhadap orang lain, tidak ada hati yang membeda-bedakan, masih perlu menaati sila apa lagi?

Dulu, saya pernah menceritakan 1 ilustrasi, ketika seluruh bumi, hanya ada Anda seorang, tidak ada orang lain, saya tanya Anda, "Sila apa yang Anda taati? Perlukah Anda menaati sila?" Tidak perlu menaati sila. Karena hanya Anda seorang, juga tidak ada orang lain yang bisa Anda celakai, Anda juga tidak perlu berdusta, juga tidak akan membunuh, juga tidak perlu mencuri, hanya Anda seorang, apa yang perlu dicuri? Juga tidak perlu berzinah. Saat itu, sila apapun tidak perlu. Saat bumi ini hanya ada Anda seorang, apa itu kebajikan? Apa itu kejahatan? Coba Anda pikirkan sendiri, masih menaati sila apa lagi? Tidak ada. Kalimat pertama Patriak VI, "Setara dan tidak membeda-bedakan, maka tidak perlu menaati sila." Mengapa harus menaati sila? Karena Anda tidak setara, membeda-bedakan, maka harus menaati sila, betul tidak menurut Anda? (Hadirin tepuk tangan)

Ada seorang direktur menderita sakit kepala, ia berkata pada karyawannya, "Hari ini kepala saya sangat sakit." Karyawan itu berkata padanya, "Suatu hari kepala saya juga sangat sakit, pacar saya berkata, "Kepalamu sakit, kemarilah." Pacarnya mencium kepalanya, memeluknya, pijat ia sebentar, meraba kepalanya, sangat mesra, bawa handuk lagi, berikan handuk es, membuat kepalanya rilex, memijatnya. Karyawan berkata, "Lalu, sakit kepalaku pun sembuh." Begitu direktur mendengarnya, "Bagus sekali! Di mana pacarmu? Bolehkah saya coba gunakan sebentar." Inilah perbedaan, pacar karyawan itu pacar karyawan, bukan pacar direktur, dua orang yang saling mencintai, itu beda. Satu ada cinta, satu tidak ada cinta, bedanya jauh. Yang ada cinta, satu gelas diminum berdua; yang ada cinta, satu es krim dimakan berdua; si wanita segigit, si pria segigit, cinta sangat dalam, ini yang ada cinta. Yang ada cinta, asalkan ia mencium sebentar pun sembuh; tidak ada cinta, mencium seratus kali pun, seperti mencium kulit babi, bagaimana bisa sembuh? Tidak sama, ada bedanya.

Anda tahu, bule United States (A.S.) suka menyukai anjing. Seorang beautiful lady, beli sebuah es krim, a beautiful lady eat ice cream, kemudian? Dog eat ice cream, kemudian? Lady eat ice cream. Sedalam apakah cinta antara wanita dan anjing itu? Ia makan ice cream satu gigitan, lalu anjing makan ice cream satu gigitan, diri sendiri makan lagi, kemudian berikan lagi pada anjing, diri sendiri makan lagi, berikan lagi pada anjing, jika tidak ada cinta dengan anjing itu, anjing makan ice cream satu gigitan, beranikah Anda makan? Ini ada perbedaan. Saat setara dan tanpa perbedaan, apapun bersih.

Saat Guru Thubten Dhargye meninggal dunia, Ia berkata, "Bersih." Apa artinya? Setara tanpa perbedaan. (Hadirin tepuk tangan) Anda ada hati yang membeda-bedakan, tentu harus menaati Sila; tidak ada kesetaraan, tentu harus menaati Sila, dengan demikian baru dapat mencapai "kesetaraan". Kalimat ini sangat sederhana, Anda setara tanpa perbedaan, sama sekali tidak perlu menaati Sila, karena segala perilaku adalah menaati sila; jika ada perbedaan, maka tidak bersih, ada dirty, ada clean, itu pasti.

Mahaguru pernah mengajari Anda semua, renungi Dhyana, latih samadhi, dari Dhyana pertama, Dhyana kedua, Dhyana ketiga, Dhyana keempat, kemudian dari Dhyana keempat, Dhyana ketiga, Dhyana kedua, Dhyana pertama, mengapa harus melatih samadhi? Dari Dhyana pertama ke Dhyana keempat, dari Dhyana keempat ke Dhyana pertama, keluar samadhi, mengapa harus melatih empat jenis Dhyana? Karena sifat dan kebiasaan buruk kita sendiri harus dihilangkan, melatih satu kali Dhyana, menghilangkan satu kali sifat dan kebiasaan, melatih 2 kali Dhyana, menghilangkan 2 kali sifat dan kebiasaan. Jika Anda tidak punya sifat dan kebiasaan tidak baik, perilaku sangat lurus, melatih Dhyana apa lagi? Tidak perlu, ini sabda Patriak VI.

Semua orang punya sifat dan kebiasaan, keserakahan, kemarahan, kebodohan, keraguan, kesombongan, membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, mabuk-mabukan adalah sifat dan kebiasaan Anda, semua orang itu serakah. Ada seorang wanita terbaik dan berpendidikan tinggi, datang ke sebuah perusahaan besar untuk melamar menjadi secretary, ia ingin menjadi sekretaris. Saat itu kebetulan giliran badai finansial, economy tsunami, yaitu tsunami finansial, tsunami ekonomi, HRD perusahaan berkata padanya,"Saat tsunami finansial datang, tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan, jadi, walaupun Anda seorang berbakat sekretaris, kami juga tidak bisa mempekerjakan Anda, karena tidak ada pekerjaan." Si wanita pun berkata, "Tidak ada pekerjaan, saya tidak perhitungan, yang penting ada gaji." Tidak ada pekerjaan, bolehkah menerima gaji buta? Tentu tidak boleh. Di Amerika Serikat, saya lihat banyak bule, ia tidak bekerja, menerima gaji buta, sebenarnya ini tidak benar, ini salah.

Kita sadhaka, juga harus bekerja, juga harus melatih diri, hidup baru bermakna. Bekerja untuk satu perusahaan, itulah pekerjaan, juga menerima gaji. Anda serius bekerja, perusahaan pun akan menaikkan gaji Anda; pekerjaan Anda tidak bagus, atau tidak benar, maka harus potong gaji, ini adalah prinsip yang tidak bisa diubah, inilah "bertindak lurus". Anda tidak bekerja, mau menerima gaji, inilah serakah, perilaku tidak lurus. Seperti Mahaguru, karena menyeberangkan insan, baru ada persembahan dari insan, ini adalah "bertindak lurus"; jika hari ini Mahaguru tidak berceramah Dharma, tidak menyeberangkan insan, tidak menulis buku, malah mau persembahan dari insan, perilaku ini miring. Jika hari ini Mahaguru mengatakan pada Anda, "Anda ada nasib buruk, mau 500 ribu, saya baru boleh bantu menyingkirkan nasib buruk Anda." Mahaguru tidak benar. Orang lain harus dengan senang hati, berduit atau tidak, semua dibantu, setelah dibantu, diberi persembahan seadanya, sukarela, inilah perilaku yang lurus; jika Mahaguru menetapkan tarif; minta uang banyak pada Anda, ini bukan Mahaguru yang lurus.

Offering adalah persembahan, fire offering adalah puja api. Hari ini kita offering, memberi persembahkan kepada Mahaguru, tentu Anda suka memberi persembahan, niat kalian, bukan Mahaguru memaksa kalian. Jika Mahaguru memaksa kalian, maka perilaku Mahaguru tidak benar. Segala hal jangan memaksa, perilaku harus lurus, mentransmisi sadhana menyeberangkan insan, terserah orang lain mau memberikan berapa. Lurus tidak lurus, bisa dilihat dari sini. Jika Anda lurus, tidak ada sifat dan kebiasaan buruk, buat apa melatih Dhyana? Gampang sekali, ini sabda Patriak VI.

Budi itu berbakti dan merawat orang tua, Anda mau balas budi. Di rumah ada 2 Bodhisattva, satu adalah ayah Anda, satu adalah ibu Anda. Sutra Bakti Anak dan Kesulitan Membalasnya, "budi" harus berbakti dan merawat orang tua sendiri, ini sabda Patriak VI. Orang sekarang, yang berbakti dan merawat orang tua lebih sedikit, jadi Sang Buddha mendidik kita Sutra Bakti Anak dan Kesulitan Membalasnya, budi orang tua sangat berat, bagaimana Anda tumbuh dewasa? Bagaimana dididik? Semuanya diberikan orang tua. (Hadirin tepuk tangan)

Loyalitas adalah atasan dan bawahan saling iba, harus loyal. Di hati setiap orang ada satu semangat loyalitas, satu kata "loyal" ini sangat luar biasa. Ada seorang ibu, datang ke Gedung Parlemen, saat berjalan, ia terjauh, kakinya patah, saat itu kebetulan perdana menteri di sana, lalu ibu itu dipapah, si ibu sangat berterima kasih pada perdana menteri, lalu berkata padanya, "Bagaimana saya membalas jasa Anda?" Perdana menteri berkata, "Anda cukup pilih saya saja." Si ibu berkata, "Hari ini saya tersungkur hingga kakiku rusak, namun kepala saya tidak rusak." Hari ini di tempat upacara, kebetulan ada anggota parlemen, anggota parlemen tentu harus loyal terhadap orang lain, loyal terhadap orang lain, orang lain pasti loyal terhadap Anda; Anda loyal membantu orang lain, orang lain tentu membalas kebaikan Anda. Walaupun perdana menteri ini memapah si ibu, membantu ibu itu, namun ibu itu mengatakan kakinya rusak, kepalanya tidak rusak, nyatalah bahwa perilaku perdana menteri ini tidak baik. Ingat, harus pilih, satu kata "loyal" itu luar biasa. Di Taiwan ada pemilu 5 kota besar, kata-kata ini kebetulan terpakai.

Loyalitas itu atasan dan bawahan saling iba, Anda mau menjadi gubernur 5 kota besar, perlu bantuan bawahan untuk memilih Anda, Anda baru bisa terpilih. Anda loyal memberikan kepada seluruh rakyat, rakyat pun loyal memilih Anda, ini sabda Patriak VI, loyalitas itu atasan dan bawahan saling iba!

Mahaguru setara dan tidak membeda-bedakan terhadap setiap orang. Kemarin di Tainan, ada seorang wanita memberikan saya sebuah rompi naga, ia berkata pada saya, "Mahaguru, besok pakailah rompi naga saya." Begitu saya pikir, mana boleh mendesak seperti itu? Anda memberikan saya sebuah rompi naga, besok saya harus pakai? Saya berkata padanya, "Anda jangan memaksa Mahaguru, biarkan Mahaguru menentukan sendiri, begitu lebih baik." Karena kemarin saya di Tainan, ada 2 rompi naga, satu warna keabuan, satu dikenakan di badan saya. Wanita yang bicara pada saya kemarin, saya tidak tahu ia duduk di mana, konon ia adalah orang Xiamen, China, menikah dengan orang Singapura, setelah ia memberikan saya 1 rompi naga, berjalan di samping saya, sambil berjalan, ia berteriak, "Mahaguru, besok pakai rompi naga saya." Saya naik mobil, ia berkata lagi, "Mahaguru, besok Anda pakai rompi naga saya." Kemudian, saat makan, ia datang lagi dan berkata, "Mahaguru, besok Anda pakai rompi naga saya." Saat saya ke toilet, ia di samping juga berkata, "Mahaguru, besok Anda pakai rompi naga saya." Total 5 kali. Orang yang mempersembahkan rompi naga warna abu-abu tidak mengatakan apa-apa, rompi naga kuning ini malah mengatakan sampai 5 kali.

Hari ini saya naik ke Dharmasana, saya tidak tega melihatnya kecewa, jadi saya benar-benar mengenakan rompi naga yang ia berikan. Saya juga tidak tahu ia di mana? Apakah datang? Di luar, silahkan ke tengah agar kita semua melihat sebentar! Silahkan nona ini berdiri agar kita semua melihat sebentar! Saya tidak berbohong. Marga Lu! Baiklah! Anda melihat rompi naga Anda sudah cukup kan! Amitabha! Amitabha! Terima kasih! Terima kasih atas rompi naga ini, sangat pas, sangat bagus, saya suka. Terima kasih! Konon, ia juga marga Lu, benarkah? Itu adalah generasi penerus Patriak VI, okay! Baiklah! Terima kasih! Silahkan kembali.

Yang mau saya jelaskan hari ini, karena banyak orang memberikan saya rompi naga, saya tidak bisa mengenakan setiap rompi naga, ia khusus berpesan 5 kali, saya tentu "iba"! Saya pikir, karena mengatakan 5 kali, saya pun pakai! Ini hanya satu kata "loyal" saja, asalkan mengenakan rompi naganya, hatinya sangat gembira, sejak itu, bersadhana pun sangat serius. Kemarin ada umat memberikan rompi naga yang agak keabuan, rompi naga warna gelap, saya juga akan pakai, juga sangat pas, terima kasih! (Hadirin tepuk tangan) Saya akan pakai semua.

Sebenarnya, yang namanya loyalitas itu saling iba antara atasan dan bawahan", ini saling berhubungan. Kadang-kadang, pembesar atau pemimpin sangat penting bagi warga. Mahaguru juga warga, Mahaguru adalah United States American Citizen, juga Taiwan Citizen, Citizen adalah warga, rakyat, terhadap pembesar, terhadap presiden, terhadap pemimpin, kita sangat hormat. Pemimpin juga sangat berpengaruh terhadap kita, satu di atas, satu di bawah, bagaimana atasan dan bawahan saling iba? Satu kata "loyal" luar biasa!

Suatu hari saham berturut-turut naik 3 hari, presiden merasa heran, belakangan tidak terjadi apa-apa, mengapa di bursa saham, saham bisa naik 3 hari, naik tanpa henti, alhasil pialang saham itu berkata padanya, "Kami menyebarkan satu berita palsu." Presiden bertanya, "Berita apa?" Berita yang kami sebar adalah, "Presiden akan mengundurkan diri." Jadi, saham pun berturut-turut terus naik, naik tanpa henti. Menurut Anda, kinerja presiden ini baik atau tidak? Presiden ini tentu tidak ada kata "loyal", mendengar presiden mengundurkan diri, saham berturut-turut naik, kata "loyal" ini sangat luar biasa. Jadi, sebagai pembesar, pemimpin, semua sangat penting.

Saya pernah menceritakan satu cerita lucu, ada seorang presiden duduk di pesawat, ia bawa sepuluh lembar uang 100 dolar, berkata, "Jika saya lempar ke luar, ada 10 orang memungutnya, maka ada 10 orang sangat senang." Ajudan pun berkata padanya, "Jika 100 lembar uang 100 dolar, Anda lempar keluar, maka ada 100 orang yang memungutnya sangat senang." Alhasil, pilot pesawat terbang itu, menoleh dan berkata pada presiden, "Jika Anda sendiri loncat ke bawah, seluruh rakyat negara ini akan bersorak." Ini adalah satu kata "loyal"! Di sinilah perbedaan antara "loyal" dan "tidak loyal"! Jika Anda "loyal" terhadap rakyat, rakyat pun akan mendukung Anda; Anda "tidak loyal" terhadap rakyat, rakyat pun tidak akan mendukung Anda. Jadi, sebagai pembesar, pemimpin, presiden, harus perhatikan kata "loyal" ini.

Selain itu, Patriak VI bersabda lagi, "Mengalah itu orang terhormat dan hina hidup rukun." Saya sangat terkesan dengan yang satu ini. Di Amerika Serikat, in United States, I drive the car, my car is Bentley, Fanny knows, my car is Bentley. In the United States, I have the driver's license. In Taiwan, I have the driver's license, too. In Taiwan, I can't drive, saya tidak berani menyetir. Di Amerika Serikat, saya berani menyetir. Di Taiwan, saya tidak berani menyetir. Karena menyetir di Taiwan, tidak ada lagi kata "mengalah", kepala bisa lewat, badan pun bisa lewat, kepala semua orang menyusup ke depan, saya sangat takut, sebentar menyembunyikan kaki ini, sebentar menyembunyikan kaki itu, kaget setengah mati. Di Taiwan, Acarya Lianji menyetir, saya sempat terkejut beberapa kali. Bahaya sekali. Saya lebih baik naik kereta cepat, juga tidak berani naik mobil, saya sungguh tidak berani naik mobil Taiwan, saya sangat takut, malah kecelakaan lalu lintas sering terjadi. Kita benar-benar harus be careful. Every time, every day, every hour, every minute, every second, be careful. Harus hati-hati sekali. Menyetir di Taiwan! Kecelakaan lalu lintas terlalu sering terjadi! Hari ini keluar rumah sempat melihat kecelakaan lalu lintas, besok juga melihat kecelakaan lalu lintas, lusa juga melihat kecelakaan lalu lintas, setiap hari ada kecelakaan lalu lintas, berhati-hatilah, sungguh! Mereka tidak mengerti "mengalah"! Patriak VI bersabda "mengalah itu orang terhormat dan hina hidup rukun", semua tidak mengalah, setelah tertabrak baru masuk pengadilan, baru bertengkar di sana! Ribut! Pukul! Yaitu satu kata "mengalah".

Di Amerika Serikat, saya merasa Amerika Serikat sendiri tidak begitu baik, namun sedikit lebih baik, asalkan kaki Anda berpijak di jalan, mobil pun berhenti, justru inilah baiknya -- "mendahulukan pejalan kaki". Kita di sini, mendahulukan mobil, pejalan kaki, tidak terlihat. Anda bernasib baik, maka terhindar; nasib tidak baik, maka tertabrak. Ketika saya kembali ke Taiwan, ketika mobil datang, saya menyeberang, mobil makin disetir makin cepat, sepertinya mau menabrak Anda, bergegas menghindari pinggang, biarkan ia lewat, mengerikan sekali, ia tidak mengalah. Sepeda motor juga tidak mengalah, bersepeda juga tidak mengalah, mobil juga tidak mengalah, mana berani saya jalan kaki? Jadi kata "mengalah" sangat penting, apapun perlu bersabar dan mengalah. Jika dapat mengalah, "orang terhormat dan hina pun hidup rukun", sabda Patriak VI. Taksi juga tidak mengalah, saya juga sangat takut naik taksi, mereka menyetir sangat cepat.

Ada satu orang, ia seorang driver, supir, ia berkata, "Saya selalu memuaskan penumpang, setiap orang yang naik mobil saya, semua sangat puas." Temannya bertanya, "Anda bawa mobil apa?" Ia berkata, "Saya bawa mobil jenasah." "Bawa mobil jenasah?" "Mereka tidak bisa menentang." Mereka tentu sangat puas. Bawa mobil jenasah juga ada satu joke, ada seorang supir taksi, menyetir! Menyetir! Penumpang di belakang berkata, "Sudah sampai." Pha! Tepuk pundak supir, supir melonjak, kaget sekali, "Sudah sampai tujuan saja, saya tepuk pundak Anda, mengapa Anda begitu takut?" "Sebelum saya bawa taksi, saya bawa mobil jenasah." Seseorang menepuknya, ia tentu akan kaget setengah mati.

Hari ini kita bicara tentang "mengalah", sangat penting, kita harus "mengalah". Di Tainan sana ada orang berkomentar, mengatakan begitu banyak acarya dan bhiksu datang ke vihara mereka, semua yang berada dalam ruangan adalah bhiksu, "Umat kita pasti terdesak ke luar." Mereka mengusulkan, "Mohon bhiksu-bhiksu mengalah pada kami." Tentu! Acarya sangat terhormat, bhiksu juga sangat terhormat, namun, setiap tiba di suatu vihara, di dalam dipadati oleh bhiksu, umat antri paling belakang, tempat paling jauh, mereka sama sekali jarang menghampiri Mahaguru. Setiap kali ke vihara-vihara, vihara Taiwan sungguh sangat kecil, begitu didesak masuk, begitu dilihat, semua adalah bhiksu. Biasanya, yang mendengarkan Dharma itu-itu saja, yang tidak mendengar, orang-orang yang jarang dekat, semua antri di tempat yang paling jauh. Saya pikir, ini juga ada kesulitannya, acarya tentu mendengar di samping! Semua sangat terhormat, bhiksu juga sangat terhormat, juga berdesakan di depan, bagaimana baiknya? Pulang dipikir-pikir lalu beritahu kalian lagi, karena saya sungguh tidak terpikir solusinya.

Kita harus adil terhadap acarya, bhiksu, dan perumah tangga, dalam segi peraturan, beda; namun dalam segi melatih diri, saya pernah mengatakan, sama. Namun, perumah tangga juga harus bersabar sebentar. Pada saat abhiseka, kalian pun bisa melihat Mahaguru; saat berceramah Dharma, sama-sama bisa dengar, lain kali saya pun lebih sering menghampiri perumah tangga, satu keseimbangan. (Hadirin tepuk tangan) Inilah "mengalah", semua orang hidup lebih rukun, di samping Mahaguru jangan selalu bhiksu, duduk di depan juga bhiksu, duduk di kanan dan kiri juga bhiksu, Mahaguru melihat bhiksu juga benar-benar..... Jika Mahaguru tidak melihat bhiksu, lantas melihat apa? Kita semua bersabar sedikit.

Om Mani Padme Hum.

Tidak ada komentar: